Jumat, 11 Maret 2016

CERPEN POKPOK "ISTANA HANTU"


                                                                       
      

ISTANA HANTU
                                     POKPOK

                                                                  By Yahya Moo
“POK- POK- POK.  POK-POK-POK”
 Baru semenit yg lalu pak Sabar terjaga dari lelapnya. Sebisa mungkin dia berusaha untuk kembali melanjutkan  tidurnya. Namun, ketika mendengar suara burung  manusia itu, matanya tidak bisa terpejam. Sebelum dirinya sempat menghela napas untuk mengeluh, serangan para Pokpok itu sudah menguasai dirinya. Bagaikan sebongkah batu besar sedang berada di atas tubuhnya. Tidak ada satupun anggota tubuhnya yang bisa digerakkan. Kedua bola matanya melotot tajam ke atas langit-langit kamar memandangi atap yang terbuat dari daun rumbiah.


 Tidak ada pertolongan yang bisa membebaskannya dari jeratan para Pokpok tersebut. Istri dan anak lelakinya yang berjarak kurang dari satu meter di samping sedang tertidur pulas. Sekuat tenaga pak Sabar berusaha melepaskan diri dari ketindisan itu, tapi tetap saja sia-sia. Mulutnya hanya bisa ternganga lemah tanpa bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Sudah empat menit kejadian ini berlangsung. Napasnya tampak sudah mulai melemah. Sepasang tangan gaib sedang mencekik lehernya.
Pak Sabar hanya bisa pasrah, dalam benaknya berfikir mungkin saja malam ini adalah malam final baginya sebagai penduduk bumi. Esok hari tiada lagi kesempatan hidup baginya. Dia akan diarak penduduk kampung menuju ke alam lain. Alam kubur atau alam baka’, bergabung bersama orang-orang yang telah mendahuluinya. Akan mati dalam keadaan yang tragis dan menyedihkan. Disisinya ada istri dan anak yang sedang mendampinginya, namun tidak bisa menolongnya untuk terlepas dari siksaan para gerombolan Pokpok.
Gerimis mulai turun, angin bertiup kencang. Bangunan tua yang dihuni pak Sabar dan keluarganya tampak semakin sepi dan seram. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Cuaca seperti itu membuat para Pokpok justru tidak bisa menjadi super aktif.
Seorang dari Pokpok  memberi isyarat agar mereka menghentikan aksinya. “Sssss ssss ssss, ssssss sssss ssssss, sssssssss sssss sssssss sssssss. (Hentikan semua kegiatan, kita harus segera pulang, hujan  sudah mulai turun.) Mungkin seperti itulah arti ucapannya. Seru seorang yang menjadi pimpinan para Pokpok tersebut. Dia bertugas menindih tubuh Pak Sabar dengan cara duduk di atas dada, sekaligus mencekik leher. Anggota Pokpok lain yang bertugas memegangi kaki dan tangan. Melonggarkan cengkramannya secara bersamaan.
“Akhhh…!
Suara teriakan pak Sabar membangunkan istri dan anaknya.
 “Mereka datang lagi bu, mereka masih ada di dalam ruangan ini. Aku masih bisa merasakan kehadiran mereka di sini”. Kata pak Sabar dengan ketakutan. Istri pak Sabar segera menghampiri suaminya. Menyeka keringat dingin yang menempel di sekitar wajahnya.
“Tenang pak…, Mereka akan segera meninggalkan rumah ini. Hujan sudah mulai turun. Kata orang, para Pokpok itu tidak akan leluasa bepergian disaat hujan sedang turun. Sebaiknya bapak meneguk air putih dulu, sebelum melanjutkan tidur lagi”. Istrinya menenangkan.
Belakangan ini, pasukan Pokpok itu sangat gencar mengganggu pak Sabar. Sudah menjadi tradisi bagi mereka untuk selalu mengincar orang yang sedang sekarat. Penyakit pak Sabar yang sudah semakin parah membuat para Pokpok itu semakin tergiur. Mereka berharap agar pak Sabar segera menemui ajalnya. Sehingga mereka bisa memanfaatkan moment tersebut untuk menyantap daging hati pak Sabar dalam kondisi yang masih segar. Seorang yang berhasil menyantap daging segar tersebut akan membuatnya naik beberapa tingkat. Ilmu Pokpoknya akan jadi lebih tinggi dan hebat . Salah satunya, dia akan mendapatkan lagi satu Syetan baru sebagai pengawal. Mendampingi Syetan terdahulu yang sudah menjadi pengawal yang bersangkutan. Dia akan menjadi peminpin regu diantara Pokpok yang lain.
Rencananya, daging hati segar milik pak Sabar akan dihidangkan untuk Nenek Sorrok yang tinggal bertetangga dengan keluarga pak Sabar.            
Perlahan hujan mulai reda, langit nampak terang, udara lembab menyelimuti  kawasan. Lolongan Anjing yg sedang melihat sebelah kaki Iblis menjulur ke Bumi, membelah kesunyian. Rumah besar yang memiliki panjang sekitar limah puluh meter itu kelihatan angker. Pak Sabar, istri dan anaknya tertidur pulas. Tidak seperti biasa, malam itu mereka tidur tak menggunakan kelambu gantung. Hanya beralas kasur tipis yang di gelar di lantai. Jam dinding yang tergantung di kamar menunjukkan waktu hampir pukul satu dini hari.
Nek Sorrok terbangun dari tidurnya, rambutnya yang brekel dan di penuhi uban menambah kesan soronok. Dia menanggalkan sarung dan celana dalam yang melekat di badan. Menuju tungku dapur yang hanya berjarak beberapa langkah dari pembaringan. Wanita tua itu melakukan sedikit ritual. Rambut yg sudah seronok dibikin semakin acak. Hampir seluruhya dijulurkan ke depan menutupi wajah.  Peristiwa mistis yang sangat langka sedang terjadi. Jemari kanan  nek Sorrok  masuk ke dalam rongga dada. Melewati mulut, tenggorokan dan paru-paru.
Sangat hati-hati tangan itu di tarik keluar dari dalam lambung. Semua isi perut nenek itu meluncur keluar melalui mulut. Usus besar dan halus terurai jatuh masuk dalam panci hitam yg di dekatkan di bawah dagunya. Setelah semua isi perut itu sudah masuk ke dalam panci. Dia menutup secara rapat dan  menggantung pada pengait besi yg tepat berada di atas tungku batu. Dengan maksud agar  tidak terjangkau oleh kucing. Kalau saja ada seekor kucing yang menyantap daging Jeroan itu. Maka Peristiwa yang  sangat tragis akan menimpa nek Sorrok.
Dia tidak akan bisa kembali berubah wujud jadi manusia. Dalam waktu 1x 24 jam hidupnya akan sekarat. Tiga hari kedepan dia akan mati sebagai makhluk yg berwujud siluman Pokpok(serupa Jenglot). Demikin juga kalau saja usus-usus itu tersiram oleh larutan asam-cuka. Maka daging jeroan tersebut akan berobah jadi kaku atau beku. Hingga tidak bisa lagi dimasukkan ke tempat asalnya. Seperti peristiwa yg sudah pernah terjadi di kampung tetangga.
Raga nek Sorrok sudah terbebas dari nafsu dunia yang melekat di dalam isi perut. Bermula dari area perutnya, wujud nek Sorrok berangsur-angsur tidak terlihat lagi dengan mata biasa. Berubah menjadi sebuah sinar merah. Wujud Pokpok jelmaan dr nek Sorrok sudah bertengger di atas atap rumah. Penampilan nenek tua itu sangat seram. Posisinya sedang duduk jongkok , bagaikan orang yang kedinginan. Namun kepala agak condong ke depan, kemiringan sekitar 90 derajat. Dari tulang rusuk, dibawah ketiak sampai ke siku. Tumbuh bulu-bulu sayap yg halus nan pendek. Tubuh nenek tersebut melesat terbang ke angkasa. Menghilang dari pandangan mata manusia biasa.
Seorang kakek terbangun dari pembaringan, menyapa istrinya yg tidur terlentang di sampingnya.  
“Saya akan berangkat nek, bagaimana denganmu ?”
“Malam ini saya akan istirahat, saya tidak akan meminpin rombonganku”.Suaranya terbata-bata menahan ngantuk.     
  “Kondisi kesehatan  pak Sabar sudah semakin parah. Kita harus senantiasa merondainya.  Jangan sampai ajalnya terlepas dari tubuhnya, sedangkan kita tidak berada di sana”.
“Nek Sorrok  kan bertetangga dgn pak Sabar, biarkan saja dia yang mengurusnya”. Sang nenek masih ingin menikmati kasur empuknya.
“Justru itulah, kita harus membantu nek Sorrok. Ilmunya masih terbilang cetek, gerakannya masih lamban dan sering gegabah. Walaupun umur sudah mulai senja. Itu karena dia belum pernah menyantap daging hati manusia yg masih segar”.
“Jadi…, daging hati pak Sabar akan di hidangkan untuk nek Sorrok”?
“Iaa lah…, semuanya pada sepakat, para tetua Pokpok sudah satu suara dengan ide tersebut”.
“Pergi lah duluan, nanti saya akan menyusul. Tadi sempat terjadi angin kencang, besok pasti akan banyak pekerjaan. Saya masih butuh istirahat untuk beres-beres besok”.
Kakek itu sedang duduk bersila, mengucapkan beberapa mantra. Sebuah wujud halus atau syetan bergerak masuk ke dlm raganya. Syetan yg berada d dlm perutnya ikut bereaksi, bergerak ke atas. Kedua syetan-syetan itu bertemu di kedua bola mata kakek tersebut. Kedua bola mata Raja Pokpok itu berubah merah, tajam dan seram. Penglihatannya bisa sampai ke mana-mana, jauh-dekat, terang-gelap. Menembus beberapa dinding penghalang yg ada di depannya. Sebelumnya, isi perut kakek  tersebut keluar secara otomatis.
Wujud kakek aneh itu sdh tdk tampak lagi. Raganya sdh menyatu dgn dua sosok syetan yg berada dlm tubuhnya. Sebuah cahaya merah melesat naik ke atas, menembus lobang atap yg hanya seukuran lobang jarum. Menuju ke suatu tempat. Kakek bercahaya itu mendarat di atas atap sebuah rumah. Nek Sorrok sudah menunggunya di sana. Keduanya bergerak maju melanjutkan petualangan.
Sepasang suami-istri berbaring di atas  springbed mewah yang tak berkelambu. Sang istri nampak sangat gelisah, matanya terbelalak tajam menatap ke atas. Perasaannya mual ingin memuntahkan sesuatu. Sebuah benda bergerak naik-turun di sekitar dada dan perut. Kedua tangannya mengepak-ngepak pelan, bagai burung kecil yg ingin belajar mengangkasa. Di sampingnya, sang suami tertidur pulas.
Dari atas atap nek Sorrok turun ke kamar dengan wujud Pokpok. Setelah menginjakkan kaki ke lantai dia berubah menjadi wujud setengah manusia. Istri muda itu menyambut kedatangan nek Sorrok dengan wajah pucat campur kecut. Namun ia tak berdaya untk melakukan penolakan. Sesuai dengan jadwal yg telah di sepakati, pd mlm ini dia harus ikut  terbang bersama rombongannya. Wanita itu melirik k arah suaminya yg sedang tertidur membelakang.
“Sssssssss ssss !! sss sss s sssssss “. (Tinggalkan dia !! atw kau kutelan). Hardik nek Sorrok  pd perempuan itu.
Sambil menatap iba ke arah suaminya, perempuan itu segera beranjak dr t4 tidur. Menuju ruang dapur, mengikuti arahan nek Sorrok. Seperti yg sdh lasim dilakukn para Pokpok yg lain, wanita itu segera melepaskn seluruh busananya. Mengeluarkn isi perutnya melalui rongga mulut, menuang k dlm panci. Lalu menyimpan di t4 yg dianggap aman. Nek Sorrok terus mengawasi dr belakang.
Nek Sorrok dan  Pokpok yunior sdh bertengger di atas atap rumah. Kakek Ponggawa yg sedang berubah wujud jd seekor tikus menyambut kedatangan kedua anak buanya. Dia segera berubah ke bentuk yg semula, wujud asli Pokpok. Ketiga mahkluk yg sedang kerasukan itu sdh bereda dlm posisi jongkok. Bersiap meninggalkn landasan. Isrti muda itu berpaling ke arah suamiya yg msh terlelap. Perasaan iba terlintas di raut wajahnya.
Melihat keadaan itu, uk yg ke 2x nya.  Lagi-lagi, nek Sorrok segera menghardiknya.
“Ssss ssss!” (ayo pergi)
Kakek Ponggawa terbang di depan sebagai memimpin. Dari bahagian atas kepalanya terdengar suara yg cukup merdu.
“Pok-pok-pok, pok-pok-pok.
 Sang suami terbangun dr t4 tidurnya. Menuju ruang dapur/lemari makan,  mengintip isi panci t4 sang istri menyimpan isi perutnya. Dlm bathin dia merintih sedih melihat kondisi yg sedang terjadi pd istrinya. Klw dulu hanya sebatas curiga, sekarang  dia bertambah haqqul-yakin bahwa isrtinya, salah-seorang anggota Pokpok. Kecantikn, propesi, kekayaan, status social & latar keluarga, Bahkan tingkat ke religiusan(alim) bukan suatu jaminan bhwa org tsb tdk mengidap penyakit Pokpok. 
Di sebuah pegunungan angker yg jauh dr perkampungan, para Pokpok berkumpul. Acara pendahuluan berupa apel rutin sedang digelar. Sebelum terbang k lokasi tujuan, para pemimpin regu harus melapor diri terlebih dahulu. Mereka melepaskn sehelai rambut sebagai  simbol jati diri. Memasukkan k dlm sebuah wadah yg terbuat dr tengkorak kepala manusia. Yg hadir semua dlm keadaan telanjang bulat. Para wanita hampir tdk bisa dikenali. Rambutnya terurai k depan menjuntai menutupi wajah.  Sedangkan dari kaum laki-laki bertampang seram dan sangat angker. Kulit mereka berwarna gelap kehitam-hitaman, sorot  mata tajam memerah. 
Yg hadir cuman 4 regu , masing-masig regu jmlah anggotanya  sangat minim. Hanya  berkisar 3-4 0rang, bahkan ada yg tediri dr 1 org sj.  Peristiwa badai yg terjd pd awal malam tadi, membuat para kawanan Pokpok yg lain enggan uk berkelana. Mereka memilih terlelap dalam tidurnya drpd pergi-terbang menikmati dinginnya mlm. Seorang pemimpin regu agak maju ke depan.
“Jumlah kita pd mlam ini sangt sedkit, anggota sy tdk ada 1pun yg hadir. Kakek Ponggawa, istrinya dan nek Sorrok tdk ada di tengah-tengah kita”. Lelaki yg tinggi besar itu berbicara dlm bahasa Pokpoknya.
“Mungkin sj mereka sudah terbang langsung menuju lokasi sasaran, sy usulkan agar kita segera menjalin kontak dgn mereka”. Seorang pimpinan regu yg lain memberi saran.
Keempat pimpinan regu merapat dan saling berpegangan tangan. Bermaksud utk menjalin kontak jarak-jauh dgn kawanan Pokpok yg lain. Terkhusus buat kakek Ponggawa, nek Ponggawa dan nek Sorrok.    
Dari  seberang sana kakek Ponggawa memberi jawaban melalui bahasa bathin.
“Kami sdh berada di lokasi sasaran, saya bersama nek Sorrok beserta seorang anggota baru, sy berharap agar kalian segera menuju k sini.”.
 “Nanti saya akan menyusul, sy lagi istirahat”.   Dari arah lain nek Ponggawa memberitahukan  keberadaannya.
“Kami sedang berada di perkebunan warga, menikmati jagung pulut muda yang sangat empuk, kami sedang istirahat, sdh kekenyangan. Sejak awal malam tadi kami sdh terbang lebih dahulu ”. Jwab pimpinan regu yg lain. 
Hampir semua pimpinan regu telah diketahui keberadaanya. Para Pokpok yg berada di pegunungan itu segera membetulkan barisan. Para pimpinan regu masing-masing berada di depan kelompoknya. Bersiap-siap utk lepas landas terbang menikmati alam bebas. Dari ubun-ubun  kepala para pimpinan regu terdengar suara.
“Pok-pok-pok, pok-pok-pok !”.
Di dalam kamar  kakek Ponggawa dan kedua anak buahnya sedang mengerjai pak Sabar. Tubuh kakek Ponggawa duduk di atas dada pak Sabar, kedua tangannya menindih bahagian perut. Pokpok wanita muda bertugas menindih kepala beserta kedua tangannya. Sedangkan nek Sorrok sedang duduk di atas ke dua kaki pak Sabar. Kedua tangan nek Sorrok sedang bekerja di area selangkangan pak Sabar. Tangan kanannya merogoh masuk ke dalam dubur. Wanita tua itu menatap ke arah kek Ponggawa yg ada di depannya, menggeleng-gelengkan kepalanya. Pertanda, bahwa jari-jari tangannya belum menyentuh sasaran yg diinginkan.
 Istri pak Sabar bergerak dalam tidur, tubuhnya mendekat-menempel ke badan suaminya. Para Pokpok itu spontan melepaskan tindihan ke tubuh pak Sabar. Bergerak mundur melayang-ringan menuju ke atas atap. Sekonyong-konyong pak Sabar mengeluarkan suara yg setengah berteriak. Membuat  istrinya terbangun dr tidur.
“Ingat Allah pak, jgn sembarang mengigau”.
“Mereka datang lagi bu. Saya hampir sj terbunuh, mereka mencekik leher sy sgt kuat”. Pak Sabar berusaha meyakinkan istrinya.
“Istigfar pak, kita tdk bisa melawan mereka dgn kekuatan. Aku tdk melihat 1 pun bayangan mereka d sekitar kita, mereka itu gaib.” Sang istri menghibur sambil membetulkan posisi sarung suaminya yg kedodoran. Menyeka wajah suaminya yg sedikit keringatan.
“Salah-satu tangan mereka malah sempat merogoh masuk ke dlm dubur sy. Klw kamu tdk percaya silahkn di periksa, pasti ada bekasnya”.    
Di atas atap ke tiga Pokpok itu nampak gelisah. Kakek Ponggawa tdk mw berlama-lama larut dlm kegagalan. Segera bertindak, melakukan semedi instan.
“Kami kekurangan tenaga, sy memanggil kalian agar segera datang k sini”. Perintah kek Punggawa singkat dan jelas.
“Baik Ponggawa, kami akn segera k situ”.  Dr kejauhan para pimpinan regu menjawab serentak.  
Seorang pinpinan regu segera menyeru pd kawanannya.
“Ponggawa Raja baru saja memanggil kita, dia membutuhkan bantuan. Hentikan semua kegiatan, kita harus segera menuju k rumah panjang”.
Semua kawanan yg sdg sibuk menangkap ikan menghentikn kegiatannya. Seorang yg sdh mendptkan seekor ikan besar dan segar hrs  rela melepasnya lg.
Seorang sedang bekerja keras merogoh dubur seekor  kerbau yg setengah hidup. Menggunakan lidahnya yg panjang-menjulur masuk sampai ke dalam usus kerbau tsb. Setelah berhasil mencicipi berbagai rasa yg ada d dlm perut kerbau. Dia lalu mengganti lidahnya dgn ke dua tangan. Bermaksud agar bisa menarik ke luar   sebahagian isi perut dr kerbau itu.
Sebahagian kawanan yg lain sedang sibuk melahap kotoran tinja yg terhidang di depannya. Dari versi Pokpok, kotoran tinja kerbau  merupakan hidangan yg sangat istimewa. Ibarat nasi ketan hangat yg sangat lesat.
Pimpinan regu yg  lagi asyik menyantap segenggam daging hati kerbau menyudahi makanannya. Tubuh bahagian kepala orang itu menyerupai kepala Babi. Dlm kawanan Pokpok dia bergelar siluman babi yg berkepribadian soronok dan temparamen.
“Wah… payah ini, ada panggilan dr Boos, kita harus segera menuju ke rumah pak Sabar. Si keparat itu sdh sekarat, mungkin sj mlm ini ajalnya akan segera tiba”. Sisa daging hati kerbau di lemparkn ke arah para anak buahnya. Suara hiruk-pikuk bersahutan berebut daging segar tsb. Seorang yg berhasil menyantap sisa makanan kepala regu, akan mendpt tempat khusus di hati sang pimpinan.
 Seorang yg sedang berenang d dlm kolam air comberan juga ikut di panggil. Dia lg asyik menyantap beberapa ekor ulat Kaki seribu. Merasa klw binatang itu selesat dgn udang Lobster.  
Tubuh seorg perempuan yg tak lain adalah nek Ponggawa berubah menjd kemerah-merahan. Sorot matanya ibarat sepasang sinar infra merah. Dua buah jasah roh halus merangsek masuk k dalam tubuhnya. Seketika itu, jasadnya menghilang dr pandangan mata org awam. Sebuah sinar merah melesat naik ke atas menembus atap, Secepat kilat terbang dan langsung mendarat di atas atap rumah pak Sabar.
Sinar merah itu langsung berubah wujud mjd Pokpok. Dua buah jasad roh halus keluar dr tubuhnya. Melihat peristiwa itu, kek Ponggawa tak mau kalah. Segera berubah wujud menjd seekor tikus besar yg berlarian ke sana-sini. Melihat tingkah itu nek Ponggawa segera menghardik.
“Bodoh !! bukan waktunya uk atraksi, berubah!!!
 “Orang yg sdh sekarat km org tdk bisa habisi, kamu jg masih bodoh.., nek ponggawa menghardik lagi. Tongkat sakti yg ada ditangannya menunjuk-nunjuk k arah suaminya.
“Sabar nek, mungkin sj ajalnya belum tiba, kita msh harus menunggu rekan-rekan yg lain”. 
Tiga regu Pokpok mendarat hampir bersamaan, disusul beberapa regu yg lain. Melayang ringan mendaratkn kaki-kaki mereka di atap rumah panjang. Atap rumah yg sering mnjd buah bibir warga kampong mendadak ramai. Manusia-manusia yg tengah kerasukan penyakit syetan-terbang sedang bekumpul. Malam itu mereka berharap kematian 1 jiwa, jiwa pak Sabar. Klw sj harapan itu sampai terkabul. Keburuntungan akan diraih melalui daging segar jasad pak Sabar. Siapa yg berhasil menikmati sepotong daging tsb, ilmu Pokpoknya akan naik beberapa tingkat.
Terlebih lg dgn nek Sorrok, dia akan mendaptkn keberuntungan yg berlipat. Sebagai seorg tetangga dr keluarga pak Sabar. Sesuai kesepakatan dr para petinggi, dirinya sangat pantas utk menyantap daging hati pak Sabar. Ilmu Pokpok nek Sorrok akan naik beberapa tingkat, walaupun blm akan mencapai ksempurnaan. Laiknya kek Ponggawa dan nek Ponggawa ataw Raja dan Ratu. Sejatinya, seumur-umur  nek Sorrok akn terus menjd anggota Pokpok. Salah-satu kelebihan lainnya, nek Sorrok akan menjd tukang sihir  sekaligus dukun, yg bisa mengelabui warga kampong.
Ular syetan yg ada di dlm perutnya akan tumbuh membesar dan menjd teman setia. Klw sj berniat uk berobat dan sembuh, berarti resiko kematian akan  menjemputnya. Dia sdh terlanjur pernah menyantap daging hati manusia. Dlm dunia Pokpok, sisa hidup org tsb harus di persembahkn pd Raja syetan yg memberi mereka ilmu Pokpok. Di akhir hayatnya nanti, ilmu Pokpoknya hrus diwariskn pd seorng. KLw tidak, syetan yg sdh mjd teman setianya akn gentayangan mengganggu calon mangsanya secara acak. 
Kakek Ponggawa memberi isyarat pd kawanannya agar segera beraksi. Beberapa kepala regu mengikuti gerakan sang Raja. Melayang turun menuju pembaringan keluarga pak Sabar. Setibanya di bawah kamar mereka berubah wujud menjadi setengah manusia dan hewan.  Ketiga keluarga kecil itu tengah tertidur pulas. Pak Sabar berdampingan dgn istrinya. Bocah lelakinya jg hadir di situ. Tertidur mengenakan pakaian gamis hitam. Sehelai sorban panjang yg jg berwarna hitam berserakan  di dekat kepalanya.
Di tempat itu Putra aktif beribadah Mesjid, pernah bergabung dgn Jamaah Tablik yg pernah datang ke rumahnya.  Bersama dgn teman-teman ia mengikuti pengajian melalui TPA Mesjid. Walaupun agak jauh dr rumahnya namun ia tdk pernah takut untuk pergi-pulang seorg diri. Walau sudah larut malam atw mnjelang subuh hari. Orang2 d sekitr slalu menasehatinya, bahwa rumah yg mereka tinggali, sgt angker. Dihuni syetan2 jahat dan t4 para Pokpok berpesta-ria.
Terkadang muncul bayang2 raksasa hitam yg menjulang tinggi sampai ke langit. Bunyi suara2 aneh yg menakutkan sering menggemparkn warga. Suami pemilik rumah panjang itu meninggal secara tragis. Mati tenggelam di kolong kandang peternakan ikan. Mayatnya ditemukn stelah 2 hari terendam di dlm air kotoran ayam. Sebahagian kulit ari2nya sdh tercabik-cabik oleh ikan Bawel.    Anak-istrinya tdk ada lg yg melanjutkan usaha di sana. Peternakan rugi melulu, ayam2 sering mati mendadak, jmlahnya bisa sampai ratusan. Perut, usus & organ2 bahagian dlm berceceran di lantai. Terkoyak , bagaikan bekas gigitan binatang buas. Ikan2 kebanyakan mati laiknya sehabis tercemari racun tua’.
Sesuatu yg berhubungan dgn mistik & kesialan slalu dirumorkn dgn rumah panjang itu. Di malam-hari jangankn mendekat, lewat d sekitarnya saja org2 pd takut. Tapi Putra tdk menghiraukn semua cerita itu. Utk sekrng, t4 itu bagaikn sorga bg keluarganya. Rmah  itu satu2nya t4 yg bisa mnjawab penderitaan mereka. Setelah berlama-lama tinggal di rumah-sakit, tp tak kunjung sembuh. Gagal ginjal komplikasi kencing manis masih tetap menghantui. Keluarga tersebut memilih utk hidup di luar. Sambil berobat jln kombinasi pengobatan alternatif. Rumah sendiri hampir tdk punya.  Melalui bantuan warga sekitar, atap rumah yg sdh bolong berhasil di rehab.
Alhasil keluarga pak Sabar bisa menempati sebahagian dari ujung rumah. Tempat bekas pakan ayam ketika kandang itu masih aktif. Satu-satunya ruangan yg lantainya terbuat dr papan. Beberepa thn yg lalu ketika ayahnya masih kuat & sehat  mereka pernah menjadi penghuni rumah tersbt. Ayahnya dipercayakn oleh si pemilik uk mengurusi usaha kandang ayam & perikanan. Tp setelah sang pemilik sdh meninggal dunia, usaha tersebt macet total. Dari alasan itulah keluarga pak Sabar memlih uk pulang berdiam di t4 tsbt. Walaupun sebahagian besar dr rumah itu sdh hampir rubuh & mjd rongsokan. Kesan kumuh dan tua menambah  keangkeran dr rumah itu.
Nenek Sorrok merupkn satu-satunya tetangga dr rumah panjang itu. Menghuni Pondok yg masih 1 kapling dgn rumah tst. Bekas pondok peristirahatan keluarga pak Sabar, ketika mereka masih aktif di usaha peternakan dahulu. Dari dulu nenek Sorrok hidup sebatang-kara. Sejak keluarga pak Sabar meninggalkn t4 tsbt, Nenek itu datang dr kampong seberang sebagai penghuni baru. Di beri gelar nek Sorrok karena dia sangat doyan meneguk kopi hitam pahit atw manis. 1 canteng kopi bisa diteguk Cuman 2 sampai 3x saja. Dlm satu hari bisa menyeduh copi 5-6x atw 6 canteng.
Sisa-sisa tegukannya berwarna hitam-pekat bergambar jelas di sela-sela gigi dan bibirnya. Bunyi merdu tegukan dr Nek Sorrok bisa kedengaran sampai beberapa puluh meter. Bak seorang raksasa kehausan yg sedang meneguk habis air seisi sumur. Warga kampong  menaruh curiga pd sosok nek Sorrok sbgai salah seorang anggota dr kawanan Pokpok.
Beberapa petinggi regu hadir di dlm ruang tidur. Mereka bukannya menuju ke arah pak Sabar tp justru menyatroni bu Sabar. Beberapa orang dr mereka mengangkat tubuh bu Sabar. Menyandarkan ke dinding lalu mengikat kaki, badan, tangan dan leher ke salah-satu tiang rumah.
Seorang yg tinggi besar yg bergelar siluman kera mulai beraksi. Dia memegangi & menekan rahang bu Sabar. Sebelah tangannya membuka mulut bu Sabar selebar mungkin. Siluman kera itu menarik napas panjang. Perut dan lambungnya mengempis, berusaha menaikkan sesuatu ke atas dadanya. Sebuah benda hidup bergerak naik ke dada terus menuju leher dan rongga mulut. Tiba2 dia memuntahkan seekor ular besar-pendek yg dipindah-tempatkan ke dlm mulut bu Sabar. Anehya, setelah ular itu berpindah t4 ke mulut bu Sabar. Siluman Kera itu terkulai lemas, merangkak ke sudut kamar.
Bu Sabar tiba2 berubah aneh. Ular syetan yg masuk melalui mulutnya mulai merasukinya. Tubuhnya tdk lagi mengenakan busana, menyerupai org2 yg ada di sekitar. Badannya terasa sangat ringan, di sekitar tulang rusuk, di bawah ketiak sampai ke siku tumbuh bulu-bulu halus menyerupai sayap. Matanya memancarkan sinar merah yg tajam. Penglihatannya tembus ke sana-sini, sesuai kehendak. Tubuh suaminya terlihat jelas sampai organ2 bahagian dalam.        
 Dia mengamati dirinya yg tdk lg memiliki isi perut atw lambung & usus. Seperti makhluk2 yg ada bersamanya. Sinar merah yg terpancar dr mata para siluman ternyata berasal dr dua bola mata syetan, yang bertengger di atas kepala org2 tsbt. Penglihatan bu Sabar sangat berbeda ketika dia memandangi Putra. Dia melihat bocah itu tetap seperti biasa. Berbaring tenang mengenakn gamis yg berwarna hitam. Dia bingung terhadap peristiwa yg menimpa dirinya. Berusaha berteriak sekencang2 nya, meronta sekuat2nya, namun semuanya hanya sia-sia. Tubuhnya tak bisa digerakkan, terkulai lemas. Dua orang yg  berada di sampinya memegangi sekuat tenaga.
Tiga orang Pokpok mendekati pak Sabar yg sedang tertidur pulas. Sebuah jasad halus kemerah-merahan masuk ke tubuh pak Sabar  melalui kepala. Syetan itu bertugas memegangi roh pak Sabar dr dalam. Seorng menindih & duduk di atas kedua kaki pak Sabar. Seorang lagi duduk di atas perut dan memegangi kedua tangan pak Sabar. Serta yg seorangnya bertugas memegangi kepala. Dari arah samping nek Sorrok menjulurkn tangannya ke dlm selangkangan pak Sabar. Tangan itu menjulur mulus masuk ke dalam melalui lubang dubur.
Bu Sabar sangat kasihan bercampur jijik melihat adegan itu, namun tdk bisa berbuat banyak. Hanya bisa menatap hampa & kesal. Sekuat-kuatnya mencoba berteriak.
“Aaaaaaa…aaaaa…” Teriakan itu hanya menghasilkn jeritan di dlm hati. Tdk berhasil melahirkn suara melalui bibir. Mencoba lagi & mencoba, tetap sia2. Putra malah semakin pulas tertidur.
Kawanan Pokpok kesal melihat tingkah bu Sabar. Kek Ponggawa yg berdiri mengawasi pekerjaan anak buahnya bergerak k arahnya. Memberikan teguran dan menampar mulut bu Sabar.
“Diam!! Semua yg kita lakukan adalah uk kejayaan dunia Pokpok. Nanti.., kamu jg akan kebahagian separoh daging jantung suamimu”. Walau sedkit agak keder, bu Sabar tetap mencibir mendengar hardikan itu. Bermaksud ingin meludahi wajah Raja Pokpok tsb. Berusaha mengumpulkan air liur di dlm ronga mulut. Sebisa mungkin menyemprotkan ludahnya ke wajah kek Ponggawa. Ternyata liur itu hanya bisa mengalir jatuh ke dagu.
Pekerjaan nek Sorrok trus berlanjut pd tahap yg smakin menggelikan. Jemarinya sdh menjamah usus-usus  perut pak Sabar.  Ingin menarik keluar lalu membagi-bagikan pd kawanan Pokpok yg sdang asyik menonton.
“Ambil hatinya dulu, itu urusan nanti, jgn sampai nyawa pak Sabar keburu tewas sebelum km melahap daging hatinya”. Kek Ponggawa memberikn teguran pd nek Sorrok. Agar mengedepankan tujuan utamanya uk mendapatkan daging hati pak Sabar.
Mendengar teguran itu nek Sorrok segera mengubah strategi. Kali ini tangan nek Sorrok masuk melalui lubang mulut pak Sabar. Daging hati merupakn sasaran utamaya. Pelan dan hati2 jemari nek Sorrok menarik daging hati itu. Urat-urat yg menghubungkan Liver dgn organ2 lainnya ikut-serta tetarik. Nadi2 itu jgn sampai terputus yg bs membuat liver terpisah dr jantung. Liver itu hrs ditelan sebelum jantung pak Sabar berhenti berdenyut atw mati.
Keaadaan berlangsung tegang-mendebarkan, yang hadir memperhatikan dgn saksama. Bu Sabar semakin tdk tega menyaksikn adegan itu. Tak sudi tubuh suaminya terkoyak-koyak oleh makhluk2 kotor itu. Berusaha menguasai diri, mencoba melatunkn doa dlm hati.
“Audzubillahi…minassyaithonirrajim, bismillahirrahmanirrahim. Laailaha…illallah.., laailaha…illallah…,laailaha..illallah”. Memusatkn konsentrasi mengingat Allah.
“Yaa Allah…, aku tak mau jd golongan syetan-syetan ini, aku tak pernah seperti ini yaa Allah... Ini adalah sihir yaa  Allah..., hanya mimpi”.
Mata bu Sabar  terpejam penuh, berusaha mendapatkn tenaga. Mengharapkn pertolongan Sang Khalik segera datang kepadanya. Sekuat-kuatnya mengerahkan seluruh tenaga bathin.
“Yaa Allah, tolonglah hambamu yaa Allah”. Truss memohon.
“Allaaahu Akbar..! Suara takbir berhasil menggema dr bibirnya.
Ular pendek termuntahkan dr mulutnya, bergeliat licin jatuh ke lantai. Syetan jahat yg sedang menguasainya ikut terpental dr tubuhnya. Dua orang yg memegangi tangannya terkejut, genggamannya jadi melonggar . Semua Pokpok yg hadir kaget bukan main. Bu Sabar terbebas dr kerasukn  oleh Syetan2 jahat. Tubuhnya kembali menjd manusia seutuhnya, lengkap dgn busana tidur.
Daging hati pak Sabar yg separuh sdh berada di dlm mulut Nek Sorrok, tertarik masuk ke t4nya semula.  Para Pokpok itu kewalahan mengatasi keaadan yg tiba2 berubah. Kucar-kacir mencari selamat. Kek & nek ponggawa seketika berubah wujud menjd dua ekor tikus. Nek Sorrok & seorang yg duduk di sudut ruangan masih kebingungan. Belum mampu mengubah bentuk  ke wujud asli Pokpok.
Secepatnya bu Sabar meraih golok yg tersimpan di bawah kasur. Menebas wujud nek Sorrok yg masih terbengong-bengong di samping pak Sabar. Kakek Ponggawa maju ke depan menjadi perisai bg nenek Sorrok. Golok panjang itu tepat mengenai sasaran. “Tiing..” Bunyi nyaring terdengar merdu. Golok itu beradu kuat dgn sebuah besi kokoh. Wujud tikus dr kek Ponggawa  telah berubah menjadi sebatang linggis. Raja Pokpok itu memliki segalanya, termasuk ilmu kebal yg baru sj dipertontonkan. Seketika itu wujud nek Sorrok tdk telihat lagi d ruangan itu. Sdh terboyong oleh rekan2nya ke atas atap.
“Pok-pok-pok, pok-pok-pok”. Hiruk-pikuk suara para Pokpok yg msh berilmu cetek. Hanya bisa menyaksikan pertunjukan yg diperankn kalangan senior.
Bu Sabar tak mau terposona melihat keterampilan para kawanan itu. Memanfaatkn moment emas yg tersisa. Di depannya masih  ada seorang yang sedang tekulai lemas. Siluman kera yg tadinya memuntahkan ular syetan k dlm mulut  bu Sabar. Manusia kera itu belum mampu menelan kembali ular syetan yg sedang bergerak liar & licin di lantai. Bu Sabar menyerbu siluman kera itu, uk yg ke2 xnya golok bu Sabar di ayunkn ke sasaran.
“Mati  kau!!! Hardiknya. Bu Sabar sempat mengingat rumor yg berkembang di org2 kampung. Ketika menyerang siluman Pokpok hanya boleh dilakukn 1x sj dan hrs disertai dgn niat (suara hardikn). Insha Allah serangan tsbt akn membuahkn hasil. Keesokn hrnya hrs mencari tahu klw2 ada org yg meninggal dunia atw terluka terkena sabetan parang.
Seorang datang menarik tubuh manusia kera itu. Golok bu Sabar mengenai ruang hampa. Orang itu mendorong tubuh bu Sabar sampai terjatuh. Siluman kera itu tdk menyia-nyiakn kesempatan tersebut. Sekuat tenaga merangkak menggapai ular syetan miliknya. Dgn bantuan teman-temannya dia berhasil memungut &menelan kembali ular syetannya. Walau msh sempoyongan bu Sabar berusaha bangkit. Setelah berhasil menelan kembali ular syetannya. Manusia kera itu sdh hampir menguasai dirinya. Separuh tubuhnya tdk tampak lg dgn mata biasa. Dgn bantuan teman2nya dia meninggalkn ruangan tsb. Gerakannya masih sedikit lamban terhambat oleh kedua kakinya yg belum menjelma.
Bu Sabar bangkit & menyerbu separuh kaki itu, namun kalah cepat. Kaki separuh tubuh itu sdh melayang ke atas, seraya menghilang. “Prak”  Kali ini golok bu Sabar mengenai lampu teplok atw sepron  yg ada d atas meja. Belingnya pecah berhamburan di lantai, minyaknya tumpah-ruah.
Suasana kamar berubah jd sepi/hening, wanita itu memunguti pecahan beling yg berserakan. Mengepel sisa2 minyak yg tertumpah d lantai. Putra akhirnya tersadar dr tidur nyenyaknya. Sebelum terbangun bibirnya berguman melantunkn sepotong bait-bait doa. Putra menghampiri ibunya. mengulurkn tangannya ke depan, ingin menyalami uk berpamitan menuju k Mesjid.
“Lain kali harus berhati-hati bu, jgn sampai pecahan-pecahan kaca itu berbahaya buat kita”.
“Ibu tdk sengaja, lagi tergesa-gesa”.
“Saya mau ke Mesjid bu, skrang malam jumat, ada Jamaah Tablik di sana”. Seraya menyodorkn kedua tangannya, hendak berpamitan.
Mendengar ucapan Bocah itu, bu Sabar tersadar klw sekarang merupakn mlm penuh berkah sekaligus malam keramat.
“Kita Sholat Subuh di rumah saja nak, lagi pula  ayahmu sedang sakit parah. lha…,malah ditinggal, sekarang baru pukul 4”. Berusaha membujuk Putra agar mengurungkn niatnya pergi k Mesjid.       
“Di Mesjid banyak yg hadir, klw Sholat berjamaah pahalanya sampai berlipat-lipat. Dinaungi para Malaikat, dirahmati Allah SWT”.
Anak itu sdh tdk bisa di cegah lagi. Beranjak mengambil senter & golok kesayangan yg slalu mendampinginya klw bepergian d mlm hari. Sebelum berangkat dia menghampiri ayahnya yg masih tertidur pulas.
“Jgn di ganggu Putra, biarkn ayahmu tertidur, dia butuh istirahat yg banyak”. Mendengar teguran itu, Putra mengurungkn niat uk menyentuh  ayahnya.  
“Assalamu aliakum.. sy pergi dulu bu.”
“Waalaikum mussalam”. Sang ibu mengikuti langkah anaknya dr belakang, menutup pintu dari dalam serapat mungkin.
“Astaga.., sorbannya tertinggal”. Sebuah sorban hitam milik Putra tercecer di samping pak Sabar.
Bu Sabar melanjutkn lg pekerjaannya, membersihkan pecahan beling dan minyak yg masih tersisa d lantai.
Empat orang siluman Pokpok menyerbu & menangkap tubuh bu Sabar secara kasar. 2 sosok jasad halus ikut menyerbu masuk k dlm tubuhnya. Kain pel terlepas dr tangannya, ember yg terisi air perasan tumpah-ruah. Keempat Pokpok itu memboyong dan mengikat tubuh bu Sabar. Seperti pd sesion pertama td . Kali ini lebih ganas lagi, krna kek Ponggwa langsung turun-tangan. Mereka tdk akan memberikn peluang bagi bu Sabar uk lolos. Daging hati pak Sabar harus bisa menjadi santapan malam buat nek Sorrok.
Nek Sorrok dan beberapa rekannya segera bertindak. Menindih kuat tubuh pak Sabar di segala arah. Kek ponggawa menbacakan mantra, tangannya berbutar-putar di hadapan (atas) wajah pak Sabar. Sebelum menuju tahap pembedahan  dia terlebih dulu melakukan anastesi tanpa melalui jarum bius. Tenaga dlm(sihir) yg dilepaskn dr tangannya membuat pak Sabar smkin melemah. Syetan-syetan yg dilepaskn dr tangan kek Ponggawa berugas utk menghipnotis tubuh pak Sabar dr dalam.
Nek Sorrok tetap sj usil, uk yg ke2 x nya dia menggoda pak Sabar melalui lubang dubur. Menjamah usus dan menarik keluar kotoran tinja yg ada di dlm isi perut pak Sabar. Tinja yg ada di genggamannya ditawarkn pd siluman babi.
“ssss…? (Mau…?).
“ss…ssss, ssssssss  s ssss, ssss sssss ssssss sssssss sssssss. Sssss…! sssss sssssss sssssss ssssssss ssssss sss sssssssss, ssssss ssss sss ssss s sss  (hu…ogah, sebelum k sini tadi sy sdh menyantap liver kerbau. Ingat..! jgn sampai menyentuh ginjal &pankreas, krn penyakitnya berpusat d situ )”. Siluman babi menolak tawaran itu.
Berikutnya nek Sorrok menawarkn pd ibu muda teman sekolompoknya, yg disambut hangat dan gembira. 
Nek Sorrok segera menghamburkan kotoran tinja itu ke rombongan Pokpok yg berada d atas atap. Kontan sj para kawanan itu hiruk-pikuk menyambut hadiah tersbt. Merasa mendapat dukungan dr para Pokpok yunior. 2-3 x  nek Sorrok menghamburkn kotoran tinja ke arah rekan-rekannya.  
“Hentikan itu !! Ambil hatinya, sdh hampir Subuh, kamu tdk boleh gagal lagi”. Kek Ponggawa menghardik nek Sorrok.
“Bodoh !! Cepat kerjakn, sy jg sdh kecapean, semua ini demi kejayaan ilmu Pokpok kamu”. Nek Ponggawa yg bertugas menindih kepala pak Sabar ikut mengomel.
Nek Sorrok berubah arah, kini tangannya dimasukkan melalui lubang mulut. Jemarinya menarik daging Liver ke luar. Pelan dan pasti daging itu hrs menjadi santapannya. Tegang bercampur gembira terpancar di wajahnya. Mulutnya mangap menyambut daging Liver itu. Ketika santapan itu menyentuh bibir nek Sorrok. Dengan sendirinya Liver itu begerak masuk ke tempat asalnya. Semua kecewa menggeleng kepala, menarik napas panjang, tdk percaya dgn apa yg sedang terlihat.
“Tenang.., hal seperti ini sdh biasa terjadi. Mungkin ajalnya msh agak tertunda. Lihat..,jantungnya masih bergerak aktif”. Kek Ponggawa menenangkan semua anggotanya.
Bu Sabar mulai tersadar dr pingsannya. Di sesi yg kedua ia melihat keadaan suaminya lebih parah dr yg pertama tadi. Dia mendapati nek Sorrok sedang membersihkan darah2 segar yg melekat di tangannya. Sisa2 tinja yg terhambur  melekat di mana2. Sarung & baju tidur yg dikenakan suaminya telah terkoyak. Dimanfaatkan nek Sorrok sebagai kain lap. Karna dirinya merasa sangat lemah, dia memilih uk bersabar, konsen  mengumpulkn tenaga. Diawali dgn istigfar serta tahlil dan tahmid. Sgala puji-pujian ttg kebesaran Allah melantun sendu di dlm hatinya.
“Yaa Allah tolonglah hambaMu  yaa Allah, hambaMu yg hina ini… bantulah aku & suamiku terlepas dr sihir jahat ini. Yaa Allah, aku tak rela mati dlm keadaan seperti ini, jumlah mereka sangat banyak. Tdk mungkin bisa kenyang  hanya dgn menyantap tubuh suamiku saja, mereka pasti mengincar tubuh ku juga. Kawanan itu tentu sj belum kenyang menikmati kotoran tinja suamiku“. Pikiran bu Sabar menelusuri dunia khayal.
Berbeda dgn sesi pertama tadi. Pakaian yg melekat di tubuhnya masih tetap utuh. Isi perutnya tdk berongga. Usus besar dan kecil masing2 masih berada pd posisinya. Tapi pandangannya masih bisa tembus ke mana-mana. Ketika matanya menyorot  sorban hitam milik Putra. Tatapannya tdk mampu menembus kain ajaib itu. Sperti di sesi pertama tadi, tatapan infra merah dr ke2 bola matanya, tak bisa menembus pakaian gamis hitam yg dikenakan Putra.
Kondisi bu Sabar masih tetap lemas. Namun ttp mencoba memulai melakukan perlawanan secara bathin. Segala macam ucapan kebesaran Allah dilafazkn dlm hati. Tapi tdk 1pun ucapan itu yg bisa sampai ke tonggorokan, lidah dan bibirnya.
Melihat kondisi bu Sabar yg tdk berdaya,  nek Sorrok melemparkn olokan pdnya. “Setelah kami selesai menyantap tubuh suamimu, kami akn mencabik-cabik tubuhmu. Kalian berdua akn bisa memberi rasa kenyang  pd kami, setidak-tidaknya utk malam ini. Hari berikutnya, Putra semata-wayangmu”. Luuar biasa, nek Sorrok bisa membaca jalan pikiran bu Sabar.
Nek Sorrok melanjutkn lagi pekerjaannya yg sempat tertunda. Utk yg ke2 x nya daging hati pak Sabar tertarik oleh jari-jari nek Sorrok. Namun kali ini liver tersebut hanya bisa sampai di area tonggorokan saja. Liver itu seakan-akan tersangkut di area leher. Klw dipaksakn ditarik, nadi-nadi pembuluh darah  liver tersbt akn terputus. Berarti pekerjaan para Pokpok pd mlam itu akan menjadi sia-sia. Karena daging hati segar itu hrs disantap ketika pembuluh nadi k Jantung msh tersambung. Harus bertepatan ketika Malaikat Maut sedang mencabut nyawa pak Sabar.
Para petinggi Pokpok itu stress melihat pekerjaan yg berlaru-larut. Raut kekecewaan terpancar di wajah-wajah mereka. Tak disadari konsentrasi mereka sedikit mengendur. Tekanan &tindihan ke tubuh pak Sabar agak melemah.        
 “Tolonglah kami  ya  Allah, berikannlah kekuatan pd suamiku agar bisa terlepas dr sihir ini. Raih kain sorban itu pak, insha Allah kain ajaib itu akan sgt berguna ”.
 Tatapan bu Sabar terfokus pd kain sorban hitam yg terletak di samping pak Sabar. Pd saat yg bersamaan beberapa ujung jari-jari pak Sabar perlahan bergerak. Tindihan para Pokpok itu masih tetap mengendor. Gerakan jari2 pak Sabar menjalar ke atas lengannya. Sebuah gerekan reflex berhasil mengubah keadaan. Secepat kilat jari2 pak Sabar Meraih kain sorban itu. Jatuh tepat menutp di atas dadanya. Sekonyong-konyong para kawanan Pokpok itu menjadi gusar. Tatapan mereka tdk bisa lagi menembus ke organ bahagian dalam. Tak terkecuali bagi Hati dan Jantung.
“Alhamdulillah...,pertolongan Allah sdh datang”. Di dlm hati bu Sabar mengucap syukur.
Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terdengar ke seluruh pelosok kampong. Tidak lama lagi suara adzan akan dikumandangkn. Pertanda pajar akan mulai muncul, Perbedaan antara benang hitam dan putih akan terlihat dgn jelas. Para Pokpok itu bersiap meninggalkn rumah panjang. Penantian lama yg selama ini mereka tunggu2 telah pudar.
Kedua bola mata bu Sabar perlahan terbuka. Menatap sendu ke langit-langit ruangan. Air mata sedih mengalir kecil dari kedua sudutnya. Memeriksa seluruh kondisi tubuhnya. Semuanya masih tetap utuh seperti semula. Terdapat bekas ikatan tali di kedua pergelangan.  Bekas kotoran tinja suaminya melekat di dinding & lantai. Bercampur aduk dengan bau minyak yg menyengat hidung. Dia mendapati suaminya yg tertidur pulas di sampingnya. Berselimut kain sorban hitam milik putra kesayangannya yg bernama Putra. Dia beranjak ke kamar mandi uk bersih-bersih sekaligus mengambil air wudhu.
Putra pulang ke rumah bersama beberapa orang jamaah. Mereka terpaksa disambut di ruang tidur   yg merangkap sbgai ruang tamu. Pak Ustad menjelaskan bahwa peristiwa yg menimpa ibu Sabar &pak Sabar merupakan sihir tingkat tinggi. Dilakukan secara face to face atw jarak dekat. Membutuhkan bantuan golongan Jin kuat & jahat dlm jumlah yg banyak uk melancarkn aksinya. Sehingga sang korban sulit membedakn antara nyata &  semu.
 Menurut rumor yg berkembang , kain yg berwarna  hitam tdk bisa tembus pandang para Pokpok. Tdk bisa bersentuhan dgn benda itu, karena akn menjadi kualat (tenaganya hilang). Tapi warna tsb akn memberi kekuatan tersendiri bagi bangsa Jin asli.  Klw terbang menjelang pagi hari (kesiangan) mereka akan terjatuh menjd tontonan warga. Segala sesuatu yg disaksikn ketika sedang terbang, tdk boleh digunjingkan di alam nyata. Apabila sampai terkena pukulan, sabetan & semacamnya mereka bisa mati atw cacat seumur hidup. Tapi jgn sampai memukulnya lebih dr 1x. Mereka akn menjadi bertambah kuat sehingga bisa melancarkan serangan balik yg mematikan. 
 Tabu bagi orang kampung membahas cerita yg bertema Pokpok pd malam-hari .  Apalagi sampai menyebut nama seseorang yg dicurigai sbagai anggota Pokpok, karena dia akan mendengarnya melalui antena gaib yg 1x24 jam terkonek di pundak kirinya. Berikutnya, dia akan menjadikan kamu sbgai obyek sasaran empuk. Dua alternatif yg salah satunya harus kamu pilih, dibaptis jadi anggota baru atw dijadikan mangsa. Klw secara terbuka menuduh(mengumumkan) seseorang sbgai salah-satu anggota Pokpok. Akan dikenakan hukuman denda perdata seharga 1 ekor kerbau/sapi. Namun sampai sekarang blum ada yg mau melunasi harga tsb. Alasannya cukup menantang, klw berani silahkan santap saya.       
          Pagi itu jg Pak Sabar diboyong pergi meninggalkn rumah tersebut. Orang yg sedang sakit parah tdk sepantasnya tinggal di t4 itu. Sebuah  kamar kecil di samping Mesjid akan mnjd t4 berteduh  sementara bg keluarga tsbt.
Kedua katup mata Nek Sorrok tertutup manja. Mengunyah kapur-daun sirih di pagi hari. Kegagalan untuk naik jabatan mjd pimpinan regu Pokpok sedikit terobati. Nikmatnya kapur-daun sirih tdk akn membuatnya melupakan hobbinya yg lain. Menyeduh/mensorrok kopi hitam pahit/manis yg ditumbuk dgn sebatang alu. Berjalan melintasi rumah panjang yg sdh di tinggalkn penghuninya. Kali ini, senjata Nek Sorrok bkn tongkat sakti, bkn sapu terbang, tapi sebatang joran  berbahan bamboo yg ditenteng. Dlm  dunia Pokpok dia bisa bebas menangkap & melahap ikan semaunya. Tapi d alam nyata, memancing merupakan salah-satu kebutuhan rutin Nek Sorrok.
Daging ikan, kotoran tinja, kaki seribu & berbagai menu lain yg terlahap ketika sedang kerasukan. Tdk akn memberikn kepuasan yg sepenuhnya. Hanya sebahagian kecil   yg bermanfaat bg tubuh. Karena ketika mereka sedang gentayangan jd Pokpok, usus dan lambung sedang terlepas dr tubuh. Menu-menu yg sangat berkelas tsb sebahagian besar menjd santapan oleh ular syetan yg  hidup di dlm perut mereka.   
   
    

Tidak ada komentar :

Posting Komentar