ISTANA HANTU
POKPOK
By Yahya Moo
“POK-
POK- POK. POK-POK-POK”
Baru semenit yg lalu pak Sabar terjaga dari
lelapnya. Sebisa mungkin dia berusaha untuk kembali melanjutkan tidurnya. Namun, ketika mendengar suara
burung manusia itu, matanya
tidak bisa terpejam.
Sebelum dirinya sempat menghela napas untuk mengeluh, serangan para Pokpok itu sudah
menguasai dirinya. Bagaikan sebongkah batu besar sedang berada di atas
tubuhnya. Tidak ada satupun anggota tubuhnya yang bisa digerakkan. Kedua bola
matanya melotot
tajam ke atas langit-langit kamar memandangi
atap yang terbuat dari daun rumbiah.
Tidak ada pertolongan yang bisa membebaskannya dari jeratan para Pokpok
tersebut. Istri dan anak lelakinya yang berjarak kurang dari satu meter di samping sedang
tertidur pulas. Sekuat tenaga pak Sabar berusaha melepaskan diri dari
ketindisan itu,
tapi tetap saja
sia-sia. Mulutnya hanya bisa ternganga lemah tanpa bisa mengeluarkan suara
sedikitpun.
Sudah empat menit kejadian
ini berlangsung.
Napasnya tampak sudah mulai melemah. Sepasang tangan gaib sedang mencekik
lehernya.
Pak
Sabar hanya bisa pasrah, dalam benaknya berfikir
mungkin saja
malam ini
adalah malam final baginya sebagai penduduk bumi. Esok hari tiada
lagi kesempatan hidup baginya.
Dia akan diarak penduduk kampung
menuju ke alam lain. Alam kubur atau alam baka’, bergabung bersama orang-orang yang
telah mendahuluinya.
Akan mati dalam keadaan yang tragis dan menyedihkan. Disisinya
ada istri dan anak
yang sedang mendampinginya,
namun tidak bisa
menolongnya untuk terlepas dari siksaan para gerombolan Pokpok.
Gerimis mulai turun, angin bertiup kencang. Bangunan
tua yang dihuni pak Sabar dan keluarganya tampak semakin sepi dan seram. Namun
yang terjadi malah sebaliknya. Cuaca seperti itu membuat para Pokpok justru tidak
bisa menjadi super aktif.
Seorang dari Pokpok memberi isyarat agar mereka menghentikan
aksinya. “Sssss ssss ssss, ssssss sssss ssssss, sssssssss sssss sssssss
sssssss. (Hentikan semua kegiatan, kita harus segera pulang, hujan sudah mulai turun.) Mungkin seperti itulah
arti ucapannya. Seru seorang yang menjadi pimpinan para Pokpok tersebut. Dia
bertugas menindih tubuh Pak Sabar dengan cara duduk di atas dada, sekaligus mencekik leher. Anggota Pokpok
lain yang bertugas memegangi kaki dan tangan. Melonggarkan cengkramannya secara
bersamaan.
“Akhhh…!
Suara teriakan pak Sabar
membangunkan istri dan anaknya.
“Mereka datang lagi bu, mereka masih ada di
dalam ruangan ini. Aku masih bisa merasakan kehadiran mereka di sini”.
Kata pak
Sabar dengan ketakutan.
Istri pak Sabar segera menghampiri suaminya. Menyeka keringat dingin yang menempel di sekitar wajahnya.
“Tenang pak…, Mereka akan segera
meninggalkan rumah ini. Hujan sudah mulai turun. Kata orang, para Pokpok itu
tidak akan leluasa bepergian disaat hujan sedang turun. Sebaiknya bapak meneguk
air putih dulu, sebelum melanjutkan tidur lagi”. Istrinya
menenangkan.
Belakangan ini, pasukan Pokpok itu sangat gencar
mengganggu pak Sabar. Sudah menjadi tradisi bagi mereka untuk selalu mengincar orang yang sedang sekarat.
Penyakit pak Sabar yang sudah semakin parah membuat para Pokpok itu semakin
tergiur. Mereka berharap agar pak Sabar segera menemui ajalnya. Sehingga mereka
bisa memanfaatkan
moment tersebut untuk
menyantap daging hati pak Sabar dalam kondisi yang masih segar. Seorang yang berhasil menyantap daging segar
tersebut
akan membuatnya
naik beberapa tingkat. Ilmu Pokpoknya akan jadi lebih tinggi
dan hebat . Salah satunya, dia akan mendapatkan lagi satu Syetan baru sebagai
pengawal. Mendampingi Syetan terdahulu yang sudah menjadi pengawal yang
bersangkutan. Dia akan menjadi peminpin regu diantara Pokpok yang lain.
Rencananya, daging hati segar
milik pak Sabar akan dihidangkan untuk Nenek Sorrok yang tinggal bertetangga
dengan keluarga
pak Sabar.
Perlahan
hujan mulai reda, langit nampak terang, udara lembab menyelimuti kawasan. Lolongan Anjing yg sedang melihat
sebelah kaki Iblis menjulur ke Bumi, membelah kesunyian. Rumah besar yang memiliki panjang sekitar limah puluh
meter itu kelihatan angker. Pak Sabar, istri dan anaknya tertidur pulas. Tidak seperti biasa, malam itu mereka tidur tak menggunakan kelambu
gantung. Hanya beralas kasur tipis yang di gelar di lantai. Jam dinding yang tergantung di kamar
menunjukkan waktu hampir pukul satu dini hari.
Nek
Sorrok terbangun dari tidurnya, rambutnya yang brekel dan di penuhi uban
menambah kesan soronok. Dia menanggalkan sarung dan celana dalam yang melekat di badan. Menuju
tungku dapur yang hanya berjarak beberapa langkah dari pembaringan. Wanita tua
itu melakukan sedikit ritual. Rambut yg sudah seronok dibikin
semakin acak. Hampir seluruhya dijulurkan ke depan menutupi wajah. Peristiwa
mistis yang sangat langka
sedang terjadi. Jemari kanan nek Sorrok masuk ke dalam rongga dada. Melewati mulut,
tenggorokan dan paru-paru.
Sangat
hati-hati tangan itu di tarik keluar dari dalam lambung. Semua isi perut nenek
itu meluncur keluar melalui mulut. Usus besar dan halus terurai jatuh masuk
dalam panci hitam yg di dekatkan di bawah dagunya. Setelah semua isi perut itu
sudah masuk ke dalam panci. Dia menutup secara rapat dan menggantung pada pengait besi yg tepat berada
di atas tungku batu. Dengan maksud agar tidak terjangkau oleh kucing. Kalau saja ada seekor kucing yang
menyantap daging Jeroan itu. Maka Peristiwa yang sangat tragis akan menimpa nek Sorrok.
Dia tidak akan
bisa kembali berubah wujud jadi manusia. Dalam waktu 1x 24
jam hidupnya akan sekarat. Tiga
hari kedepan dia akan mati sebagai makhluk yg berwujud siluman Pokpok(serupa Jenglot).
Demikin juga kalau saja
usus-usus itu tersiram oleh larutan asam-cuka. Maka daging
jeroan tersebut akan berobah
jadi kaku atau beku. Hingga tidak bisa lagi dimasukkan ke tempat asalnya. Seperti peristiwa yg
sudah pernah terjadi di kampung
tetangga.
Raga
nek Sorrok sudah terbebas dari nafsu dunia yang melekat di dalam isi perut. Bermula dari area perutnya, wujud nek Sorrok
berangsur-angsur tidak terlihat lagi dengan mata biasa. Berubah menjadi
sebuah sinar merah. Wujud Pokpok jelmaan dr nek Sorrok sudah bertengger di atas atap rumah. Penampilan nenek tua itu sangat seram. Posisinya sedang duduk
jongkok , bagaikan orang yang
kedinginan. Namun
kepala agak condong ke depan,
kemiringan sekitar 90 derajat. Dari tulang rusuk, dibawah ketiak sampai ke siku. Tumbuh
bulu-bulu sayap yg halus nan pendek. Tubuh nenek tersebut melesat terbang ke angkasa. Menghilang dari pandangan mata
manusia biasa.
Seorang
kakek terbangun dari pembaringan, menyapa istrinya yg tidur terlentang di sampingnya.
“Saya
akan berangkat nek,
bagaimana denganmu ?”
“Malam ini saya akan istirahat, saya tidak akan meminpin rombonganku”.Suaranya
terbata-bata menahan ngantuk.
“Kondisi
kesehatan pak Sabar sudah semakin parah.
Kita harus senantiasa merondainya. Jangan sampai ajalnya terlepas dari tubuhnya, sedangkan kita tidak
berada di sana”.
“Nek
Sorrok kan bertetangga dgn pak Sabar,
biarkan saja dia yang mengurusnya”. Sang nenek masih ingin menikmati kasur
empuknya.
“Justru
itulah, kita harus membantu nek Sorrok. Ilmunya masih terbilang cetek, gerakannya masih
lamban dan sering gegabah. Walaupun umur sudah mulai senja. Itu
karena dia belum pernah menyantap daging hati manusia yg masih segar”.
“Jadi…,
daging hati pak Sabar akan di hidangkan untuk nek Sorrok”?
“Iaa
lah…, semuanya pada sepakat, para tetua Pokpok sudah satu suara dengan ide
tersebut”.
“Pergi
lah duluan, nanti saya akan menyusul. Tadi sempat
terjadi angin kencang, besok pasti akan banyak pekerjaan. Saya masih butuh istirahat untuk beres-beres besok”.
Kakek
itu sedang duduk bersila, mengucapkan beberapa mantra. Sebuah wujud halus atau syetan
bergerak masuk ke dlm raganya. Syetan yg berada d dlm
perutnya ikut bereaksi, bergerak ke atas. Kedua syetan-syetan itu bertemu di
kedua bola mata kakek tersebut. Kedua bola mata Raja Pokpok itu berubah merah,
tajam dan seram. Penglihatannya bisa sampai ke mana-mana, jauh-dekat, terang-gelap. Menembus beberapa dinding penghalang yg
ada di depannya. Sebelumnya, isi perut kakek
tersebut keluar secara otomatis.
Wujud
kakek aneh itu sdh tdk tampak lagi. Raganya sdh menyatu dgn dua sosok syetan yg
berada dlm tubuhnya. Sebuah cahaya merah melesat naik ke atas, menembus lobang
atap yg hanya seukuran lobang jarum. Menuju ke suatu tempat. Kakek bercahaya
itu mendarat di atas atap sebuah rumah. Nek Sorrok sudah menunggunya di sana.
Keduanya bergerak maju melanjutkan petualangan.
Sepasang
suami-istri berbaring di atas springbed mewah yang tak berkelambu. Sang istri nampak sangat gelisah,
matanya terbelalak tajam menatap ke atas. Perasaannya mual ingin memuntahkan
sesuatu. Sebuah benda bergerak naik-turun di sekitar dada dan perut. Kedua tangannya
mengepak-ngepak pelan, bagai burung kecil yg ingin belajar mengangkasa. Di
sampingnya, sang suami tertidur pulas.
Dari
atas atap nek Sorrok turun ke kamar dengan wujud Pokpok. Setelah menginjakkan
kaki ke lantai dia berubah menjadi wujud setengah manusia. Istri muda itu menyambut kedatangan nek Sorrok dengan wajah pucat
campur kecut. Namun ia tak berdaya untk melakukan penolakan. Sesuai dengan
jadwal yg telah di sepakati, pd mlm ini dia harus ikut terbang bersama rombongannya. Wanita itu melirik k arah suaminya yg sedang
tertidur membelakang.
“Sssssssss
ssss !! sss sss s sssssss “. (Tinggalkan dia !! atw kau kutelan). Hardik nek
Sorrok pd perempuan itu.
Sambil
menatap iba ke arah suaminya, perempuan itu segera beranjak dr t4 tidur. Menuju
ruang dapur, mengikuti arahan nek Sorrok. Seperti yg sdh lasim dilakukn para
Pokpok yg lain, wanita itu segera melepaskn seluruh busananya. Mengeluarkn isi
perutnya melalui rongga mulut, menuang k dlm panci. Lalu menyimpan di t4 yg
dianggap aman. Nek Sorrok terus mengawasi dr belakang.
Nek
Sorrok dan Pokpok yunior sdh bertengger
di atas atap rumah. Kakek Ponggawa yg sedang berubah wujud jd seekor tikus
menyambut kedatangan kedua anak buanya. Dia segera berubah ke bentuk yg semula,
wujud asli Pokpok. Ketiga mahkluk yg sedang kerasukan itu sdh bereda dlm posisi
jongkok. Bersiap meninggalkn landasan. Isrti muda itu berpaling ke arah suamiya
yg msh terlelap. Perasaan iba terlintas di raut wajahnya.
Melihat
keadaan itu, uk yg ke 2x nya. Lagi-lagi,
nek Sorrok segera menghardiknya.
“Ssss
ssss!” (ayo pergi)
Kakek
Ponggawa terbang di depan sebagai memimpin. Dari bahagian atas kepalanya
terdengar suara yg cukup merdu.
“Pok-pok-pok,
pok-pok-pok.
Sang suami terbangun dr t4 tidurnya. Menuju
ruang dapur/lemari makan, mengintip isi
panci t4 sang istri menyimpan isi perutnya. Dlm bathin dia merintih sedih
melihat kondisi yg sedang terjadi pd istrinya. Klw dulu hanya
sebatas curiga, sekarang dia bertambah
haqqul-yakin bahwa isrtinya, salah-seorang anggota Pokpok. Kecantikn, propesi,
kekayaan, status social & latar
keluarga, Bahkan tingkat ke religiusan(alim) bukan suatu jaminan bhwa org tsb tdk
mengidap penyakit Pokpok.
Di
sebuah pegunungan angker yg jauh dr perkampungan, para Pokpok berkumpul. Acara pendahuluan
berupa apel rutin sedang digelar. Sebelum terbang k lokasi tujuan, para
pemimpin regu harus melapor diri terlebih dahulu. Mereka melepaskn sehelai
rambut sebagai simbol jati diri. Memasukkan
k dlm sebuah wadah yg terbuat dr tengkorak kepala manusia. Yg hadir semua dlm
keadaan telanjang bulat. Para wanita hampir tdk bisa dikenali. Rambutnya
terurai k depan menjuntai menutupi wajah.
Sedangkan dari kaum laki-laki bertampang seram dan sangat angker. Kulit
mereka berwarna gelap kehitam-hitaman, sorot
mata tajam memerah.
Yg
hadir cuman 4 regu , masing-masig regu jmlah anggotanya sangat minim. Hanya berkisar 3-4 0rang, bahkan ada yg tediri dr 1
org sj. Peristiwa badai yg terjd pd awal
malam tadi, membuat para kawanan Pokpok yg lain enggan uk berkelana. Mereka
memilih terlelap dalam tidurnya drpd pergi-terbang menikmati dinginnya mlm.
Seorang pemimpin regu agak maju ke depan.
“Jumlah
kita pd mlam ini sangt sedkit, anggota sy tdk ada 1pun yg hadir. Kakek Ponggawa,
istrinya dan nek Sorrok tdk ada di tengah-tengah kita”. Lelaki yg tinggi besar
itu berbicara dlm bahasa Pokpoknya.
“Mungkin
sj mereka sudah terbang langsung menuju lokasi sasaran, sy usulkan agar kita
segera menjalin kontak dgn mereka”. Seorang pimpinan regu yg lain memberi
saran.
Keempat pimpinan regu merapat dan saling berpegangan
tangan. Bermaksud utk
menjalin kontak jarak-jauh dgn kawanan Pokpok yg lain. Terkhusus buat kakek Ponggawa,
nek Ponggawa dan nek Sorrok.
Dari seberang
sana kakek Ponggawa memberi jawaban melalui bahasa bathin.
“Kami sdh berada di lokasi sasaran, saya bersama nek
Sorrok beserta seorang anggota baru, sy berharap agar kalian segera menuju k
sini.”.
“Nanti saya
akan menyusul, sy lagi istirahat”. Dari
arah lain nek Ponggawa memberitahukan keberadaannya.
“Kami sedang berada di perkebunan warga, menikmati
jagung pulut muda yang sangat empuk, kami sedang istirahat, sdh kekenyangan.
Sejak awal malam tadi kami sdh terbang lebih dahulu ”. Jwab pimpinan regu yg
lain.
Hampir semua pimpinan regu telah diketahui
keberadaanya. Para Pokpok yg berada di pegunungan itu segera membetulkan
barisan. Para pimpinan regu masing-masing berada di depan kelompoknya.
Bersiap-siap utk lepas landas
terbang menikmati alam bebas. Dari ubun-ubun
kepala para pimpinan regu terdengar suara.
“Pok-pok-pok, pok-pok-pok !”.
Di dalam kamar kakek
Ponggawa dan kedua anak buahnya sedang mengerjai pak Sabar. Tubuh kakek Ponggawa
duduk di atas dada pak Sabar, kedua tangannya menindih bahagian perut. Pokpok
wanita muda bertugas menindih kepala beserta kedua tangannya. Sedangkan nek
Sorrok sedang duduk di atas ke dua kaki pak Sabar. Kedua tangan nek Sorrok
sedang bekerja di area selangkangan pak Sabar. Tangan kanannya merogoh masuk ke
dalam dubur. Wanita tua itu menatap ke arah kek Ponggawa yg ada di depannya, menggeleng-gelengkan
kepalanya. Pertanda, bahwa jari-jari tangannya belum menyentuh sasaran yg
diinginkan.
Istri pak Sabar bergerak dalam tidur, tubuhnya
mendekat-menempel ke badan suaminya. Para Pokpok itu spontan melepaskan
tindihan ke tubuh
pak Sabar. Bergerak mundur melayang-ringan menuju ke atas atap. Sekonyong-konyong
pak Sabar mengeluarkan suara yg setengah berteriak. Membuat istrinya terbangun dr tidur.
“Ingat Allah pak,
jgn sembarang mengigau”.
“Mereka datang
lagi bu. Saya hampir sj terbunuh, mereka mencekik leher sy sgt kuat”. Pak Sabar
berusaha meyakinkan istrinya.
“Istigfar pak,
kita tdk bisa melawan mereka dgn kekuatan. Aku tdk melihat 1 pun bayangan
mereka d sekitar kita, mereka itu gaib.” Sang istri menghibur sambil
membetulkan posisi sarung suaminya yg kedodoran. Menyeka wajah suaminya yg
sedikit keringatan.
“Salah-satu
tangan mereka malah sempat merogoh masuk ke dlm dubur sy. Klw kamu tdk percaya
silahkn di periksa, pasti ada bekasnya”.
Di atas atap
ke tiga Pokpok itu nampak gelisah. Kakek Ponggawa tdk mw berlama-lama larut dlm
kegagalan. Segera bertindak, melakukan semedi instan.
“Kami
kekurangan tenaga, sy memanggil kalian agar segera datang k sini”. Perintah kek
Punggawa singkat dan jelas.
“Baik
Ponggawa, kami akn segera k situ”. Dr
kejauhan para pimpinan regu menjawab serentak.
Seorang pinpinan regu segera menyeru pd
kawanannya.
“Ponggawa Raja
baru saja memanggil kita, dia membutuhkan bantuan. Hentikan semua kegiatan,
kita harus segera menuju k rumah panjang”.
Semua kawanan
yg sdg sibuk menangkap ikan menghentikn kegiatannya. Seorang yg sdh mendptkan
seekor ikan besar dan segar hrs rela
melepasnya lg.
Seorang sedang
bekerja keras merogoh dubur seekor kerbau yg setengah hidup. Menggunakan lidahnya
yg panjang-menjulur masuk sampai ke dalam usus kerbau tsb. Setelah berhasil
mencicipi berbagai rasa yg ada d dlm perut kerbau. Dia lalu mengganti lidahnya
dgn ke dua tangan. Bermaksud agar bisa menarik ke luar sebahagian isi perut dr kerbau itu.
Sebahagian
kawanan yg lain sedang sibuk melahap kotoran tinja yg terhidang di depannya.
Dari versi Pokpok, kotoran tinja kerbau merupakan hidangan yg sangat istimewa. Ibarat
nasi ketan hangat yg sangat lesat.
Pimpinan regu
yg lagi asyik menyantap segenggam daging
hati kerbau menyudahi makanannya. Tubuh bahagian kepala orang itu menyerupai
kepala Babi. Dlm kawanan Pokpok dia bergelar siluman babi yg berkepribadian
soronok dan temparamen.
“Wah… payah
ini, ada panggilan dr Boos, kita harus segera menuju ke rumah pak Sabar. Si
keparat itu sdh sekarat, mungkin sj mlm ini ajalnya akan segera tiba”. Sisa
daging hati kerbau di lemparkn ke arah para anak buahnya. Suara hiruk-pikuk
bersahutan berebut daging segar tsb. Seorang yg berhasil menyantap sisa makanan
kepala regu, akan mendpt tempat khusus di hati sang pimpinan.
Seorang yg sedang berenang d dlm kolam air comberan
juga ikut di panggil. Dia lg asyik menyantap beberapa ekor ulat Kaki seribu.
Merasa klw binatang itu selesat dgn udang Lobster.
Tubuh seorg
perempuan yg tak lain adalah nek Ponggawa berubah menjd kemerah-merahan. Sorot
matanya ibarat sepasang sinar infra merah. Dua buah jasah roh halus merangsek
masuk k dalam tubuhnya. Seketika itu, jasadnya menghilang dr pandangan mata org
awam. Sebuah sinar merah melesat naik ke atas menembus atap, Secepat kilat terbang
dan langsung mendarat di atas
atap rumah pak Sabar.
Sinar merah
itu langsung berubah wujud mjd Pokpok. Dua buah jasad roh halus keluar dr
tubuhnya. Melihat peristiwa itu, kek Ponggawa tak mau kalah. Segera berubah
wujud menjd seekor tikus besar yg berlarian ke sana-sini. Melihat tingkah itu nek
Ponggawa segera menghardik.
“Bodoh !!
bukan waktunya uk atraksi, berubah!!!
“Orang yg sdh sekarat km org tdk bisa habisi,
kamu jg masih bodoh.., nek ponggawa menghardik lagi. Tongkat sakti yg ada
ditangannya menunjuk-nunjuk k arah suaminya.
“Sabar nek,
mungkin sj ajalnya belum tiba, kita msh harus menunggu rekan-rekan yg lain”.
Tiga regu Pokpok
mendarat hampir bersamaan, disusul beberapa regu yg lain. Melayang ringan
mendaratkn kaki-kaki mereka di atap rumah panjang. Atap rumah yg sering mnjd buah bibir warga kampong mendadak ramai.
Manusia-manusia yg tengah kerasukan
penyakit syetan-terbang sedang bekumpul. Malam itu mereka berharap kematian 1
jiwa, jiwa pak Sabar. Klw sj harapan itu sampai terkabul. Keburuntungan akan
diraih melalui daging segar jasad pak Sabar. Siapa yg berhasil menikmati
sepotong daging tsb, ilmu Pokpoknya akan naik beberapa tingkat.
Terlebih lg
dgn nek Sorrok, dia akan mendaptkn keberuntungan yg berlipat. Sebagai seorg
tetangga dr keluarga pak Sabar. Sesuai kesepakatan dr para petinggi, dirinya
sangat pantas utk menyantap
daging hati pak Sabar. Ilmu Pokpok nek Sorrok akan naik beberapa tingkat,
walaupun blm akan mencapai ksempurnaan. Laiknya kek Ponggawa dan nek Ponggawa
ataw Raja dan Ratu. Sejatinya, seumur-umur
nek Sorrok akn terus menjd anggota Pokpok. Salah-satu kelebihan lainnya,
nek Sorrok akan menjd tukang sihir
sekaligus dukun, yg bisa mengelabui warga kampong.
Ular syetan yg
ada di dlm perutnya akan tumbuh membesar dan menjd teman setia. Klw sj berniat
uk berobat dan sembuh, berarti resiko kematian akan menjemputnya. Dia sdh terlanjur pernah
menyantap daging hati manusia. Dlm dunia Pokpok, sisa hidup org tsb harus di
persembahkn pd Raja syetan yg memberi mereka ilmu Pokpok. Di akhir hayatnya
nanti, ilmu Pokpoknya hrus diwariskn pd seorng. KLw tidak, syetan yg sdh mjd
teman setianya akn gentayangan mengganggu calon mangsanya secara acak.
Kakek Ponggawa
memberi isyarat pd kawanannya agar segera beraksi. Beberapa kepala regu
mengikuti gerakan sang Raja. Melayang turun menuju pembaringan keluarga pak
Sabar. Setibanya di bawah kamar mereka berubah wujud menjadi setengah manusia dan hewan. Ketiga keluarga kecil itu tengah tertidur
pulas. Pak Sabar berdampingan dgn istrinya. Bocah lelakinya jg hadir di situ. Tertidur
mengenakan pakaian gamis hitam. Sehelai sorban panjang yg jg berwarna hitam
berserakan di dekat kepalanya.
Di tempat itu
Putra aktif beribadah Mesjid, pernah bergabung dgn Jamaah Tablik yg pernah datang
ke rumahnya. Bersama dgn teman-teman ia
mengikuti pengajian melalui TPA Mesjid. Walaupun agak jauh dr rumahnya namun ia
tdk pernah takut untuk pergi-pulang seorg diri. Walau sudah larut malam atw
mnjelang subuh hari. Orang2 d sekitr slalu menasehatinya, bahwa rumah yg mereka
tinggali, sgt angker. Dihuni syetan2 jahat dan t4 para Pokpok berpesta-ria.
Terkadang
muncul bayang2 raksasa hitam yg menjulang tinggi sampai ke langit. Bunyi suara2
aneh yg menakutkan sering menggemparkn warga. Suami pemilik rumah panjang itu
meninggal secara tragis. Mati tenggelam di kolong kandang peternakan ikan.
Mayatnya ditemukn stelah 2 hari terendam di dlm air kotoran ayam. Sebahagian kulit
ari2nya sdh tercabik-cabik oleh ikan Bawel.
Anak-istrinya tdk ada lg yg melanjutkan usaha
di sana. Peternakan rugi melulu, ayam2 sering mati mendadak, jmlahnya bisa
sampai ratusan. Perut, usus & organ2 bahagian dlm berceceran di lantai.
Terkoyak , bagaikan bekas gigitan binatang buas. Ikan2 kebanyakan mati laiknya sehabis tercemari racun tua’.
Sesuatu yg
berhubungan dgn mistik & kesialan
slalu dirumorkn dgn rumah panjang itu. Di
malam-hari jangankn mendekat, lewat d sekitarnya saja org2 pd takut. Tapi Putra
tdk menghiraukn semua cerita itu. Utk
sekrng, t4 itu bagaikn sorga bg keluarganya. Rmah itu satu2nya t4 yg bisa mnjawab penderitaan
mereka. Setelah berlama-lama tinggal di rumah-sakit, tp tak kunjung sembuh. Gagal
ginjal komplikasi kencing manis masih tetap menghantui. Keluarga tersebut memilih
utk hidup di luar. Sambil
berobat jln kombinasi pengobatan alternatif. Rumah sendiri hampir tdk punya. Melalui bantuan warga sekitar, atap rumah yg
sdh bolong berhasil di rehab.
Alhasil
keluarga pak Sabar bisa menempati sebahagian dari ujung rumah. Tempat bekas
pakan ayam ketika kandang itu masih aktif. Satu-satunya ruangan yg lantainya
terbuat dr papan. Beberepa thn yg lalu ketika ayahnya masih kuat &
sehat mereka pernah menjadi penghuni
rumah tersbt. Ayahnya dipercayakn oleh si pemilik uk mengurusi usaha kandang ayam
& perikanan. Tp setelah sang pemilik sdh meninggal dunia, usaha tersebt
macet total. Dari alasan itulah keluarga pak Sabar memlih uk pulang berdiam di
t4 tsbt. Walaupun sebahagian besar dr rumah itu sdh hampir rubuh & mjd
rongsokan. Kesan kumuh dan tua menambah
keangkeran dr rumah itu.
Nenek Sorrok
merupkn satu-satunya tetangga dr rumah panjang itu. Menghuni Pondok yg masih 1
kapling dgn rumah tst. Bekas pondok peristirahatan keluarga pak Sabar, ketika
mereka masih aktif di usaha peternakan dahulu. Dari dulu nenek Sorrok hidup
sebatang-kara. Sejak keluarga pak Sabar meninggalkn t4 tsbt, Nenek itu datang dr
kampong seberang sebagai penghuni baru. Di beri gelar nek Sorrok karena dia
sangat doyan meneguk kopi hitam pahit atw manis. 1 canteng kopi bisa diteguk
Cuman 2 sampai 3x saja. Dlm satu hari bisa menyeduh copi 5-6x atw 6 canteng.
Sisa-sisa tegukannya
berwarna hitam-pekat bergambar jelas di sela-sela gigi dan bibirnya. Bunyi
merdu tegukan dr Nek Sorrok bisa kedengaran sampai beberapa puluh meter. Bak
seorang raksasa kehausan yg sedang meneguk habis air seisi sumur. Warga
kampong menaruh curiga pd sosok nek
Sorrok sbgai salah seorang anggota dr kawanan Pokpok.
Beberapa petinggi
regu hadir di dlm ruang tidur. Mereka bukannya menuju ke arah pak Sabar tp
justru menyatroni bu Sabar. Beberapa orang dr mereka mengangkat tubuh bu Sabar.
Menyandarkan ke dinding lalu mengikat kaki, badan, tangan dan leher ke
salah-satu tiang rumah.
Seorang yg
tinggi besar yg bergelar siluman kera mulai beraksi. Dia memegangi &
menekan rahang bu Sabar. Sebelah tangannya membuka mulut bu Sabar selebar
mungkin. Siluman kera itu menarik napas panjang. Perut dan lambungnya
mengempis, berusaha menaikkan sesuatu ke atas dadanya. Sebuah benda hidup
bergerak naik ke dada terus menuju leher dan rongga mulut. Tiba2 dia
memuntahkan seekor ular besar-pendek yg dipindah-tempatkan ke dlm mulut bu
Sabar. Anehya, setelah ular itu berpindah t4 ke mulut bu Sabar. Siluman Kera
itu terkulai lemas, merangkak ke sudut kamar.
Bu Sabar tiba2
berubah aneh. Ular syetan yg masuk melalui mulutnya mulai merasukinya. Tubuhnya
tdk lagi mengenakan busana, menyerupai org2 yg ada di sekitar. Badannya terasa
sangat ringan, di sekitar tulang rusuk, di bawah ketiak sampai ke siku tumbuh
bulu-bulu halus menyerupai sayap. Matanya memancarkan sinar merah yg tajam.
Penglihatannya tembus ke sana-sini, sesuai kehendak. Tubuh suaminya terlihat
jelas sampai organ2 bahagian dalam.
Dia mengamati dirinya yg tdk lg memiliki isi
perut atw lambung & usus. Seperti makhluk2 yg ada bersamanya. Sinar merah
yg terpancar dr mata para siluman ternyata berasal dr dua bola mata syetan,
yang bertengger di atas kepala org2 tsbt. Penglihatan bu Sabar sangat berbeda
ketika dia memandangi Putra. Dia melihat bocah itu tetap seperti biasa.
Berbaring tenang mengenakn gamis yg berwarna hitam. Dia bingung terhadap peristiwa
yg menimpa dirinya. Berusaha berteriak sekencang2 nya, meronta sekuat2nya,
namun semuanya hanya sia-sia. Tubuhnya tak bisa digerakkan, terkulai lemas. Dua
orang yg berada di sampinya memegangi
sekuat tenaga.
Tiga orang
Pokpok mendekati pak Sabar yg sedang tertidur pulas. Sebuah jasad halus kemerah-merahan masuk ke tubuh pak Sabar melalui kepala. Syetan itu bertugas memegangi
roh pak Sabar dr dalam. Seorng menindih & duduk di atas kedua kaki pak
Sabar. Seorang lagi duduk di atas perut dan memegangi kedua tangan pak Sabar.
Serta yg seorangnya bertugas memegangi kepala. Dari arah samping nek Sorrok
menjulurkn tangannya ke dlm selangkangan pak Sabar. Tangan itu menjulur mulus
masuk ke dalam melalui lubang dubur.
Bu Sabar
sangat kasihan bercampur jijik melihat adegan itu, namun tdk bisa berbuat
banyak. Hanya bisa menatap hampa & kesal. Sekuat-kuatnya mencoba berteriak.
“Aaaaaaa…aaaaa…”
Teriakan itu hanya menghasilkn jeritan di dlm hati. Tdk berhasil melahirkn
suara melalui bibir. Mencoba lagi & mencoba, tetap sia2. Putra malah
semakin pulas tertidur.
Kawanan Pokpok
kesal melihat tingkah bu Sabar. Kek Ponggawa yg berdiri mengawasi pekerjaan
anak buahnya bergerak k arahnya. Memberikan teguran dan menampar mulut bu
Sabar.
“Diam!! Semua yg kita lakukan adalah uk kejayaan dunia Pokpok. Nanti..,
kamu jg akan kebahagian separoh daging jantung suamimu”. Walau sedkit agak
keder, bu Sabar tetap mencibir mendengar hardikan itu. Bermaksud ingin meludahi
wajah Raja Pokpok tsb. Berusaha mengumpulkan air liur di dlm ronga mulut. Sebisa
mungkin menyemprotkan ludahnya ke wajah kek Ponggawa. Ternyata liur itu hanya bisa
mengalir jatuh ke dagu.
Pekerjaan nek
Sorrok trus berlanjut pd tahap yg smakin menggelikan. Jemarinya sdh menjamah
usus-usus perut pak Sabar. Ingin menarik keluar lalu membagi-bagikan pd
kawanan Pokpok yg sdang asyik menonton.
“Ambil hatinya
dulu, itu urusan nanti, jgn sampai nyawa pak Sabar keburu tewas sebelum km melahap
daging hatinya”. Kek Ponggawa memberikn teguran pd nek Sorrok. Agar
mengedepankan tujuan utamanya uk mendapatkan daging hati pak Sabar.
Mendengar
teguran itu nek Sorrok segera mengubah strategi. Kali ini tangan nek Sorrok masuk
melalui lubang mulut pak Sabar. Daging hati merupakn sasaran utamaya. Pelan dan
hati2 jemari nek Sorrok menarik daging hati itu. Urat-urat yg menghubungkan
Liver dgn organ2 lainnya ikut-serta tetarik. Nadi2 itu jgn sampai terputus yg
bs membuat liver terpisah dr jantung. Liver itu hrs ditelan sebelum jantung pak
Sabar berhenti berdenyut atw mati.
Keaadaan
berlangsung tegang-mendebarkan, yang hadir memperhatikan dgn saksama. Bu
Sabar semakin tdk tega menyaksikn adegan itu. Tak sudi tubuh suaminya
terkoyak-koyak oleh makhluk2 kotor itu. Berusaha menguasai diri, mencoba
melatunkn doa dlm hati.
“Audzubillahi…minassyaithonirrajim,
bismillahirrahmanirrahim. Laailaha…illallah.., laailaha…illallah…,laailaha..illallah”.
Memusatkn konsentrasi mengingat Allah.
“Yaa Allah…,
aku tak mau jd golongan syetan-syetan ini, aku tak pernah seperti ini yaa Allah...
Ini adalah sihir yaa Allah..., hanya
mimpi”.
Mata bu
Sabar terpejam penuh, berusaha
mendapatkn tenaga. Mengharapkn pertolongan Sang Khalik segera datang kepadanya.
Sekuat-kuatnya mengerahkan seluruh tenaga bathin.
“Yaa Allah,
tolonglah hambamu yaa Allah”. Truss memohon.
“Allaaahu
Akbar..! Suara takbir berhasil menggema dr bibirnya.
Ular pendek
termuntahkan dr mulutnya, bergeliat licin jatuh ke lantai. Syetan jahat yg
sedang menguasainya ikut terpental dr tubuhnya. Dua orang yg memegangi
tangannya terkejut, genggamannya jadi melonggar . Semua Pokpok yg hadir kaget
bukan main. Bu Sabar terbebas dr kerasukn
oleh Syetan2 jahat. Tubuhnya kembali menjd manusia seutuhnya, lengkap
dgn busana tidur.
Daging hati pak
Sabar yg separuh sdh berada di dlm mulut Nek Sorrok, tertarik masuk ke t4nya
semula. Para Pokpok itu kewalahan
mengatasi keaadan yg tiba2 berubah. Kucar-kacir mencari selamat. Kek & nek
ponggawa seketika berubah wujud menjd dua ekor tikus. Nek Sorrok & seorang
yg duduk di sudut ruangan masih kebingungan. Belum mampu mengubah bentuk ke wujud asli Pokpok.
Secepatnya bu
Sabar meraih golok yg tersimpan di bawah kasur. Menebas wujud nek Sorrok yg
masih terbengong-bengong di samping pak Sabar. Kakek Ponggawa maju ke depan
menjadi perisai bg nenek Sorrok. Golok panjang itu tepat mengenai sasaran. “Tiing..” Bunyi nyaring terdengar merdu.
Golok itu beradu kuat dgn sebuah besi kokoh. Wujud tikus dr kek Ponggawa telah berubah menjadi sebatang linggis. Raja
Pokpok itu memliki segalanya, termasuk ilmu kebal yg baru sj dipertontonkan.
Seketika itu wujud nek Sorrok tdk telihat lagi d ruangan itu. Sdh terboyong
oleh rekan2nya ke atas atap.
“Pok-pok-pok, pok-pok-pok”.
Hiruk-pikuk suara para Pokpok yg msh berilmu cetek. Hanya bisa menyaksikan
pertunjukan yg diperankn kalangan senior.
Bu Sabar tak
mau terposona melihat keterampilan para kawanan itu. Memanfaatkn moment emas yg
tersisa. Di depannya masih ada seorang
yang sedang tekulai lemas. Siluman kera yg tadinya memuntahkan ular syetan k
dlm mulut bu Sabar. Manusia kera itu belum
mampu menelan kembali ular syetan yg sedang bergerak liar & licin di
lantai. Bu Sabar menyerbu siluman kera itu, uk yg ke2 xnya golok bu Sabar di
ayunkn ke sasaran.
“Mati kau!!! Hardiknya. Bu Sabar sempat mengingat
rumor yg berkembang di org2 kampung. Ketika menyerang siluman Pokpok hanya boleh
dilakukn 1x sj dan hrs disertai dgn niat (suara hardikn). Insha Allah serangan
tsbt akn membuahkn hasil. Keesokn hrnya hrs mencari tahu klw2 ada org yg
meninggal dunia atw terluka terkena sabetan parang.
Seorang datang
menarik tubuh manusia kera itu. Golok bu Sabar mengenai ruang hampa. Orang itu
mendorong tubuh bu Sabar sampai terjatuh. Siluman kera itu tdk menyia-nyiakn
kesempatan tersebut. Sekuat tenaga merangkak menggapai ular syetan miliknya.
Dgn bantuan teman-temannya dia berhasil memungut &menelan kembali ular syetannya.
Walau msh sempoyongan bu Sabar berusaha bangkit. Setelah berhasil menelan
kembali ular syetannya. Manusia kera itu sdh hampir menguasai dirinya. Separuh
tubuhnya tdk tampak lg dgn mata biasa. Dgn bantuan teman2nya dia meninggalkn
ruangan tsb. Gerakannya masih sedikit lamban terhambat oleh kedua kakinya yg
belum menjelma.
Bu Sabar
bangkit & menyerbu separuh kaki itu, namun kalah cepat. Kaki separuh tubuh
itu sdh melayang ke atas, seraya menghilang. “Prak” Kali ini golok bu
Sabar mengenai lampu teplok atw sepron yg ada d atas meja. Belingnya pecah
berhamburan di lantai, minyaknya tumpah-ruah.
Suasana kamar
berubah jd sepi/hening, wanita itu memunguti pecahan beling yg berserakan. Mengepel
sisa2 minyak yg tertumpah d lantai. Putra akhirnya tersadar dr tidur
nyenyaknya. Sebelum terbangun bibirnya berguman melantunkn sepotong bait-bait
doa. Putra menghampiri ibunya. mengulurkn tangannya ke depan, ingin menyalami
uk berpamitan menuju k Mesjid.
“Lain kali
harus berhati-hati bu, jgn sampai pecahan-pecahan kaca itu berbahaya buat
kita”.
“Ibu tdk
sengaja, lagi tergesa-gesa”.
“Saya mau ke
Mesjid bu, skrang malam jumat, ada Jamaah Tablik di sana”. Seraya menyodorkn
kedua tangannya, hendak berpamitan.
Mendengar
ucapan Bocah itu, bu Sabar tersadar klw sekarang merupakn mlm penuh berkah
sekaligus malam keramat.
“Kita Sholat
Subuh di rumah saja nak, lagi pula
ayahmu sedang sakit parah. lha…,malah ditinggal, sekarang baru pukul 4”.
Berusaha membujuk Putra agar mengurungkn niatnya pergi k Mesjid.
“Di Mesjid
banyak yg hadir, klw Sholat berjamaah pahalanya sampai berlipat-lipat. Dinaungi
para Malaikat, dirahmati Allah SWT”.
Anak itu sdh
tdk bisa di cegah lagi. Beranjak mengambil senter & golok kesayangan yg
slalu mendampinginya klw bepergian d mlm hari. Sebelum berangkat dia
menghampiri ayahnya yg masih tertidur pulas.
“Jgn di ganggu
Putra, biarkn ayahmu tertidur, dia butuh istirahat yg banyak”. Mendengar
teguran itu, Putra mengurungkn niat uk menyentuh ayahnya.
“Assalamu aliakum..
sy pergi dulu bu.”
“Waalaikum
mussalam”. Sang ibu mengikuti langkah anaknya dr belakang, menutup pintu dari
dalam serapat mungkin.
“Astaga..,
sorbannya tertinggal”. Sebuah sorban hitam milik Putra tercecer di samping pak
Sabar.
Bu Sabar
melanjutkn lg pekerjaannya, membersihkan pecahan beling dan minyak yg masih tersisa
d lantai.
Empat orang siluman
Pokpok menyerbu & menangkap tubuh bu Sabar secara kasar. 2 sosok jasad halus
ikut menyerbu masuk k dlm tubuhnya. Kain pel terlepas dr tangannya, ember yg terisi
air perasan tumpah-ruah. Keempat Pokpok itu memboyong dan mengikat tubuh bu
Sabar. Seperti pd sesion pertama td . Kali ini lebih ganas lagi, krna kek
Ponggwa langsung turun-tangan. Mereka tdk akan memberikn peluang bagi bu Sabar
uk lolos. Daging hati pak Sabar harus bisa menjadi santapan malam buat nek
Sorrok.
Nek Sorrok dan
beberapa rekannya segera bertindak. Menindih kuat tubuh pak Sabar di segala
arah. Kek ponggawa menbacakan mantra, tangannya berbutar-putar di hadapan
(atas) wajah pak Sabar. Sebelum menuju tahap pembedahan dia terlebih dulu melakukan anastesi tanpa
melalui jarum bius. Tenaga dlm(sihir) yg dilepaskn dr tangannya membuat pak
Sabar smkin melemah. Syetan-syetan yg dilepaskn dr tangan kek Ponggawa berugas
utk menghipnotis tubuh pak Sabar dr dalam.
Nek Sorrok
tetap sj usil, uk yg ke2 x nya dia menggoda pak Sabar melalui lubang dubur.
Menjamah usus dan menarik keluar kotoran tinja yg ada di dlm isi perut pak
Sabar. Tinja yg ada di genggamannya ditawarkn pd siluman babi.
“ssss…?
(Mau…?).
“ss…ssss,
ssssssss s ssss, ssss sssss ssssss
sssssss sssssss. Sssss…! sssss sssssss sssssss ssssssss ssssss sss sssssssss,
ssssss ssss sss ssss s sss (hu…ogah, sebelum
k sini tadi sy sdh menyantap liver
kerbau. Ingat..! jgn sampai
menyentuh ginjal &pankreas, krn penyakitnya berpusat d situ )”. Siluman babi
menolak tawaran itu.
Berikutnya nek
Sorrok menawarkn pd ibu muda teman sekolompoknya, yg disambut hangat dan
gembira.
Nek Sorrok
segera menghamburkan kotoran tinja itu ke rombongan Pokpok yg berada d atas
atap. Kontan sj para kawanan itu hiruk-pikuk menyambut hadiah tersbt. Merasa
mendapat dukungan dr para Pokpok yunior. 2-3 x
nek Sorrok menghamburkn kotoran tinja ke arah rekan-rekannya.
“Hentikan itu !! Ambil hatinya, sdh hampir
Subuh, kamu tdk boleh gagal lagi”. Kek Ponggawa menghardik nek Sorrok.
“Bodoh !! Cepat kerjakn, sy jg sdh
kecapean, semua ini demi kejayaan ilmu Pokpok kamu”. Nek Ponggawa yg bertugas
menindih kepala pak Sabar ikut mengomel.
Nek Sorrok
berubah arah, kini tangannya dimasukkan melalui lubang mulut. Jemarinya menarik daging Liver ke luar. Pelan dan
pasti daging itu hrs menjadi
santapannya. Tegang bercampur gembira terpancar di wajahnya. Mulutnya mangap
menyambut daging Liver itu. Ketika santapan itu menyentuh bibir nek Sorrok.
Dengan sendirinya Liver itu begerak masuk ke tempat asalnya. Semua kecewa
menggeleng kepala, menarik napas panjang, tdk percaya dgn apa yg sedang
terlihat.
“Tenang.., hal
seperti ini sdh biasa terjadi. Mungkin ajalnya msh agak tertunda.
Lihat..,jantungnya masih bergerak aktif”. Kek Ponggawa menenangkan semua
anggotanya.
Bu Sabar mulai
tersadar dr pingsannya. Di
sesi yg kedua ia melihat keadaan suaminya lebih parah dr yg pertama tadi. Dia
mendapati nek Sorrok sedang membersihkan darah2 segar yg melekat di tangannya.
Sisa2 tinja yg terhambur melekat di
mana2. Sarung & baju tidur yg dikenakan suaminya telah terkoyak. Dimanfaatkan nek Sorrok sebagai kain lap.
Karna dirinya merasa sangat lemah, dia memilih uk bersabar, konsen
mengumpulkn tenaga. Diawali dgn istigfar serta tahlil dan tahmid. Sgala
puji-pujian ttg kebesaran Allah melantun sendu di dlm hatinya.
“Yaa Allah tolonglah hambaMu
yaa Allah, hambaMu yg hina ini… bantulah aku & suamiku terlepas dr sihir jahat ini. Yaa Allah,
aku tak rela mati dlm keadaan seperti ini, jumlah mereka sangat banyak. Tdk
mungkin bisa kenyang hanya dgn menyantap
tubuh suamiku saja, mereka pasti mengincar tubuh ku juga. Kawanan itu tentu sj
belum kenyang menikmati kotoran tinja suamiku“. Pikiran bu Sabar menelusuri
dunia khayal.
Berbeda dgn sesi pertama tadi. Pakaian yg melekat di tubuhnya masih
tetap utuh. Isi perutnya tdk berongga. Usus besar dan kecil masing2 masih
berada pd posisinya. Tapi pandangannya masih bisa tembus ke mana-mana. Ketika
matanya menyorot sorban hitam milik
Putra. Tatapannya tdk mampu
menembus kain ajaib itu. Sperti di sesi pertama tadi, tatapan infra merah dr
ke2 bola matanya, tak bisa menembus pakaian gamis hitam yg dikenakan Putra.
Kondisi bu Sabar masih tetap lemas. Namun ttp mencoba memulai melakukan
perlawanan secara bathin. Segala macam ucapan kebesaran Allah dilafazkn dlm hati. Tapi tdk 1pun ucapan
itu yg bisa sampai ke tonggorokan, lidah dan bibirnya.
Melihat kondisi bu Sabar yg tdk berdaya, nek Sorrok melemparkn olokan pdnya. “Setelah kami selesai menyantap tubuh
suamimu, kami akn mencabik-cabik tubuhmu. Kalian berdua akn bisa memberi rasa
kenyang pd kami, setidak-tidaknya utk malam ini. Hari berikutnya,
Putra semata-wayangmu”. Luuar biasa, nek Sorrok bisa membaca jalan pikiran bu
Sabar.
Nek Sorrok melanjutkn lagi pekerjaannya yg sempat tertunda. Utk yg ke2 x nya daging hati pak
Sabar tertarik oleh jari-jari nek Sorrok. Namun kali ini liver tersebut hanya
bisa sampai di area tonggorokan saja. Liver itu seakan-akan tersangkut di area
leher. Klw dipaksakn ditarik, nadi-nadi pembuluh darah liver tersbt akn terputus. Berarti pekerjaan
para Pokpok pd mlam itu akan menjadi sia-sia. Karena daging hati segar itu hrs
disantap ketika pembuluh nadi k Jantung msh tersambung. Harus bertepatan ketika
Malaikat Maut sedang mencabut nyawa pak Sabar.
Para petinggi Pokpok itu stress melihat pekerjaan yg
berlaru-larut. Raut kekecewaan terpancar di wajah-wajah mereka. Tak disadari
konsentrasi mereka sedikit mengendur. Tekanan &tindihan ke tubuh pak Sabar
agak melemah.
“Tolonglah kami ya
Allah, berikannlah kekuatan pd suamiku agar bisa terlepas dr sihir ini.
Raih kain sorban itu pak, insha Allah kain ajaib itu akan sgt berguna ”.
Tatapan bu Sabar terfokus pd kain sorban hitam
yg terletak di samping pak Sabar. Pd saat yg bersamaan beberapa ujung jari-jari
pak Sabar perlahan bergerak. Tindihan para Pokpok itu masih tetap mengendor.
Gerakan jari2 pak Sabar menjalar ke atas lengannya. Sebuah gerekan reflex
berhasil mengubah keadaan. Secepat kilat jari2 pak Sabar Meraih kain sorban
itu. Jatuh tepat menutp di atas dadanya. Sekonyong-konyong para kawanan Pokpok
itu menjadi gusar. Tatapan mereka tdk bisa lagi menembus ke organ bahagian dalam.
Tak terkecuali bagi Hati dan Jantung.
“Alhamdulillah...,pertolongan
Allah sdh datang”. Di dlm hati bu Sabar mengucap syukur.
Lantunan
ayat-ayat suci Al-Quran terdengar ke seluruh pelosok kampong. Tidak lama lagi
suara adzan akan dikumandangkn. Pertanda pajar akan mulai muncul, Perbedaan
antara benang hitam dan putih akan terlihat dgn jelas. Para Pokpok itu bersiap
meninggalkn rumah panjang. Penantian lama yg selama ini mereka tunggu2 telah
pudar.
Kedua
bola mata bu Sabar perlahan terbuka. Menatap sendu ke langit-langit ruangan.
Air mata sedih mengalir kecil dari kedua sudutnya. Memeriksa seluruh kondisi
tubuhnya. Semuanya masih tetap utuh seperti semula. Terdapat bekas ikatan tali
di kedua pergelangan. Bekas kotoran
tinja suaminya melekat di dinding & lantai. Bercampur aduk dengan bau
minyak yg menyengat hidung. Dia mendapati suaminya yg tertidur pulas di
sampingnya. Berselimut kain sorban hitam milik putra kesayangannya yg bernama
Putra. Dia beranjak ke kamar mandi uk bersih-bersih sekaligus mengambil air
wudhu.
Putra
pulang ke rumah bersama beberapa orang jamaah. Mereka terpaksa disambut di
ruang tidur yg merangkap sbgai ruang
tamu. Pak Ustad menjelaskan bahwa peristiwa yg menimpa ibu Sabar &pak Sabar
merupakan sihir tingkat tinggi. Dilakukan secara face to face atw jarak dekat. Membutuhkan bantuan golongan Jin kuat & jahat
dlm jumlah yg banyak uk melancarkn aksinya. Sehingga sang korban sulit
membedakn antara nyata & semu.
Menurut rumor yg berkembang , kain yg
berwarna hitam tdk bisa tembus pandang
para Pokpok. Tdk bisa bersentuhan dgn benda itu, karena akn menjadi kualat
(tenaganya hilang). Tapi warna tsb akn memberi kekuatan tersendiri bagi bangsa
Jin asli. Klw terbang menjelang pagi
hari (kesiangan) mereka akan terjatuh menjd tontonan warga. Segala sesuatu yg disaksikn
ketika sedang terbang, tdk boleh digunjingkan di alam nyata. Apabila sampai
terkena pukulan, sabetan & semacamnya mereka bisa mati atw cacat seumur
hidup. Tapi jgn sampai memukulnya lebih dr 1x. Mereka akn menjadi bertambah
kuat sehingga bisa melancarkan serangan balik yg mematikan.
Tabu bagi orang kampung
membahas cerita yg bertema Pokpok pd malam-hari . Apalagi
sampai menyebut nama seseorang yg dicurigai sbagai anggota Pokpok, karena dia
akan mendengarnya melalui antena gaib yg 1x24 jam terkonek di pundak kirinya. Berikutnya, dia akan menjadikan kamu sbgai obyek sasaran
empuk. Dua alternatif yg salah
satunya harus kamu pilih, dibaptis jadi anggota baru atw dijadikan
mangsa. Klw secara terbuka menuduh(mengumumkan) seseorang sbgai salah-satu
anggota Pokpok. Akan dikenakan hukuman denda perdata seharga 1 ekor kerbau/sapi.
Namun sampai sekarang blum ada yg mau melunasi harga tsb. Alasannya cukup
menantang, klw berani silahkan santap saya.
Pagi itu jg Pak Sabar diboyong pergi
meninggalkn rumah tersebut. Orang yg sedang sakit parah tdk sepantasnya tinggal
di t4 itu. Sebuah kamar kecil di samping
Mesjid akan mnjd t4 berteduh sementara bg keluarga tsbt.
Kedua
katup mata Nek Sorrok tertutup manja. Mengunyah kapur-daun sirih di pagi hari.
Kegagalan untuk naik jabatan mjd pimpinan regu Pokpok sedikit terobati.
Nikmatnya kapur-daun sirih tdk akn membuatnya melupakan hobbinya yg lain. Menyeduh/mensorrok
kopi hitam pahit/manis yg ditumbuk dgn sebatang alu. Berjalan melintasi rumah panjang yg sdh di tinggalkn
penghuninya. Kali ini, senjata Nek Sorrok bkn tongkat sakti, bkn sapu terbang, tapi sebatang joran berbahan bamboo yg ditenteng. Dlm dunia Pokpok dia bisa bebas menangkap &
melahap ikan semaunya. Tapi d alam nyata, memancing merupakan salah-satu kebutuhan
rutin Nek Sorrok.
Daging
ikan, kotoran tinja, kaki seribu & berbagai menu lain yg terlahap ketika
sedang kerasukan. Tdk akn memberikn kepuasan yg sepenuhnya. Hanya sebahagian
kecil yg bermanfaat bg tubuh. Karena ketika mereka sedang
gentayangan jd Pokpok, usus dan
lambung sedang terlepas dr tubuh. Menu-menu yg sangat berkelas tsb sebahagian besar menjd santapan oleh
ular syetan yg hidup di dlm perut mereka.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar